Pra- Remaja Usia 13-16 Tahun
Pertumbuhan anak Pra Remaja sering mengejutkan, karena
tiba-tiba tubuh mereka berubah cepat dan kita tidak lagi bisa mengenali mereka
sebagai anak-anak. Namun demikian di balik tubuh yang bertumbuh tersebut. Keadaan
kejiwaan mereka masih kekanak-kanakan. Hal ini sering membingungkan anak Pra
Remaja, karena meskipun mereka tidak lagi dianggap anak-anak tapi mereka belum
bisa diterima di lingkungan orang dewasa. Marilah kita mengenal mereka lebih
dekat:
A.
Ciri
Khas Secara Jasmani
- Pertumbuhan fisik berkembang
sangat pesat, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan. Mereka merasa resah
karena hal tersebut, untuk itu mereka membutuhkan perhatian dan
pengertian, serta makanan yang bergizi.
- Berat dan tinggi badan anak
perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak
perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat
dibanding anak laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini
amat peka akan keadaan fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan
yang sehat, jangan biarkan mereka (termasuk gurunya) membuat
gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak ini.
- Sudah mulai mengalami proses
kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai mengalami mensturasi. Guru
wanita sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan memberikan waktu untuk
berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka malu
berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri.
- Pita suara semakin dewasa, yang
menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian anak
laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, guru
dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau
suara mereka mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan
pada mereka, tapi bukan dengan paksaan.
- Pertumbuhan jasmani yang pesat
mengakibatkan gerak-gerik anak pra-remaja menjadi kurang lincah. Misalnya: mudah menumpahkan
sesuatu, kakinya tersandung, dsb. Masa ini dapat menjadi masa usia dimana
mereka seringkali merasa kikuk. Oleh karena itu guru sebaiknya bersikap
sabar dan penuh pengertian pada mereka.
- Memasuki masa remaja, anak-anak
ini tidak lagi terlalu suka melakukan berbagai permainan/kegiatan yang
menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka (seperti layaknya dilakukan
oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang cenderung menyukai
permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan tertentu serta
menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik
merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.
B.
Ciri
Khas Secara Mental
- Inilah usia dimana seorang anak
memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi,
diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu
yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai
program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta
kreativitas mereka.
- Pada usia ini, seorang anak
senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya
kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai
dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah,
melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik
kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb.
- Menuntut segala sesuatu yang
logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka
masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin
merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila
memungkinkan, guru dapat menghadirkan "tokoh" jemaat dalam
diskusi tsb. (misalnya pendeta, dokter, dosen, pengacara, dsb).
- Anak pra-remaja cenderung
terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam
pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat
terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena
itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani di gereja memainkan
peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami
masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.
- Mereka masih suka berimajinasi,
tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan
tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya
menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan
diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar
anak-anak usia pra-remaja ini dapat bertemu dengan orang- orang yang dapat
menantangnya pada kehidupan kristen mereka yang menarik.
- Mereka mulai peka melihat dan
mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek.
Meskipun anak pra-remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah,
kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar seperti yang
diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru harus acapkali menekankan
pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya
mereka.
C.
Ciri
Khas Secara Emosi
- Emosinya tidak stabil, sebentar
naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak
lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka
tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut.
- Sering berubah dan tak menentu.
Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram
durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa
diterimanya. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat
mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan
kehadiran guru yang dapat menjadi "teman baik" mereka dalam
menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.
D.
Ciri
Khas Secara Sosial
- Boleh dikatakan seorang anak
pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan
statusnya di dalam sebuah kelompok. Jadi, ia perlu diyakinkan bahwa
seluruh kuasa Tuhan tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik
pribadi tersebut.
- Hubungan antara laki dan
perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh
media yang ada saat ini.
E.
Ciri
Khas Secara Rohani
- Dalam menghadapi pergumulan
jiwa seorang anak pra-remaja, pertahanan yang terbaik adalah melakukan
suatu serangan. Jika mereka diberi kesempatan-kesempatan yang penuh
tantangan untuk aktif bagi Kristus, mereka akan bertumbuh secara rohani.
- Tidak seperti usia sebelumnya,
mereka saat ini tidak lagi beribadah karena paksaan orangtua. Mereka sudah
mulai memiliki pendirian dan keputusan sendiri. Oleh karena itu, guru
harus dapat membangkitkan minat mereka terhadap hal-hal rohani dan
menyediakan atmosfir yang menyenangkan dalam persekutuan pra- remaja, bila
tidak, mereka akan segera tertarik pada kelompok lain di luar gereja yang
mungkin dapat menjuruskan mereka ke hal-hal yang bertentangan dengan iman
percayanya.
- Mereka membutuhkan contoh
konkrit, pengalaman yang nyata, serta relevansi pengajaran yang
diterimanya dari Gereja dalam kehidupannya sehari-hari.
- Memiliki banyak pertanyaan
tentang kebenaran, mereka sedang mencari kebenaran yang sejati.
- Dapat mengalami kehidupan yang
berpusat pada Kristus. Bilamana demi Kristus, seorang anak secara pribadi
memutuskan untuk melakukan apa yang diketahuinya benar walaupun ia sudah
tahu bahwa konsekuensinya mungkin tidak menyenangkan, maka ia sudah mulai
memasuki proses ke kedewasaan moral dan spiritual.
- Teladan hidup orang dewasa amat
penting bagi mereka. Tantangan besar bagi para pembimbing anak pra-remaja
adalah menjadikan dirinya sendiri melaksanakan apa yang telah diajarkannya
(walk the talk), bila tidak, kita sedang mengajarkan pada mereka untuk
menjadi orang yang munafik, yang tidak memiliki integritas iman di dalam
hidupnya.
Tanpa kita sadari, sebagai guru/pembimbing anak pra-remaja,
kita telah memainkan peran yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan
anak-anak itu. Seringkali, anda merupakan mata rantai penghubung kepada Tuhan
yang paling vital bagi seorang anak pra-remaja, bahkan, mungkin satu-satunya.
F.
MASA
PANCAROBA/PUBER
Di masa ini adalah masa
dimana anak akan menentukan identitas dirinya dan jalan hidupnya,maka dari itu
orang tua perlu memahami karakter dan pola pikir anak di usia remaja.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 12
tahun
ร Mulai
bersikap kritis
ร Rasa
setia kawan yang kuat terhadap kelompoknya.
ร Cepat
lelah dalam berkomunikasi dan jangka waktu perhatian berubah- ubah, bisa lama
bisa juga sebentar.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 13
tahun
ร Perhatian
dapat berlangsung lama
ร Penyesuaian
diri sudah lebih baik.
ร Lebih
spontan dan antusias.
ร Pola
berpikir sudah lebih abstrak, misalnya mengenai hukum, keadilan, kebenaran dan
kejujuran.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 14-16
tahun
ร Kematangan
dalam organ sex
ร Pertumbuhan
sangat cepat, sehingga tampak kurang proporsional dan anak menjadi cepat lelah,
sehingga menjadi emosional (sering marah-marah tanpa sebab, nervous, gelisah)
ร Fase
negatif (perilakunya), sehingga menjadi kurang minat dengan teman, menarik
diri, lebih banyak menyendiri.
ร Prestasi
di sekolah menurun, menjadi malas.
ร Mudah
bosan terhadap waktu maupun situasi dan mengekspresikannya dengan kata-kata
kasar.
ร Sering
terjadi pertentangan baik dengan OT/Saudara/lingkungan.
Ciri Psikologis Umum Usia Pra
Remaja
v Menolak
tokoh otoriter.
v Sangat
emosional, cepat marah dan berontak serta senang pada pertarungan.
v Sikap
kasar atau benci pada jenis kelamin yang berlawanan.
v Kehilangan
kepercayaan diri karena kekhawatiran pada ketidakmampuannya dalam mengadakan hubungan
sosial ataupun pribadi.
Remaja
(16-19 Tahun)
A.
Pengertian Remaja
Remaja dalam pengertian
umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini
tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja
adalah: (1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang
anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep
ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari
pengertian remaja.
Batasan remaja menurut
Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh oleh seorang dari mana
anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatangi
menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai
16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang
oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini
remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.
Pendapat yang tidak
jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986: 98) yang menyatakan remaja
adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks,
menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa
penyesuaian diri terdidik. Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik,
terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga
membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.
Beberapa defenisi
remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa atau periode
menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur berkisar antara 16-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan
jenis, dan memiliki permasalahan yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian
remaja dapat dilihat pada ciri-ciri remaja dalam berbagai sudut pandang berikut
ini :
B.
Ciri-Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri
remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai
segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.
Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang
dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi
akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
v Adolensi
dini รจ Fase ini berarti preokupasi seksual yang
meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan
orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan
maniakal atau defresif.
v Adolensi
menengah รจ Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan
kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme
terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki
tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita
perhatiannya sehingga kriti tidak
jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak
benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan
desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.
v Adolesensi
akhir รจ Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap,
dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan
‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin
sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural,
politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang
menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan,
dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan
bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen lain tentang
ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul
Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk dalam
bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan
jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau
suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat
sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai
tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga
timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin
lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam
keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan
gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja
juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih
tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan
Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan
nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan
kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan
cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial,
agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian
pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan
dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri
remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
C.
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik
sudah di mulai pada masa pra-remaja
dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa
remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam monks, 2002:16) berpendapat
bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang
mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik
berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan
lancar. Jika perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang
wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa.
D.
Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif
remaja menurut Piaget (dalam Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap
operasi formal yang terjadi sekitar
usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan
berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman
langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan pada tahap ini. Potensi
kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking) berkembang secara
maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak tidak
lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada tahap
perkembangan selanjutnya.
Remaja yang sudah
mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan
struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun, hal itu tidak
berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran formal (formal
reasoning) sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara
potensial sudah tercapai.
E.
Perkembangan Emosi Remaja
Emosi merupakan salah
satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat
berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan
orang lain pada khususnya. Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di
butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus
yang di hadapinya.
Prawitasari (dalam
Zailani, 1887:85) mengembangkan alat pengungkap emosi dasar manusia berupa
foto-foto sebagai ekspresi wajah dari berbagai model dasar manusia yaitu :
senang, sedih, terkejut, jijik, marah, takut dan malu.
Pada masa remaja,
ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak mengembangkan kondisi emosi yang
sebenarnya, misalnya orang yang marah seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya
sangat individual atau subjektif, tergantung pada kondisi pribadi masing-masing
orang. Manifestasi emosi yang sering muncul
pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu
kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi
ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada
nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri
membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai
beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel,
frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan
perasaan bahagia.
Pemuda (usia 19-25 Tahun)
Jika berbicara tentang
pemuda maka yang akan terpikir ada dua hal, yaitu pertama dari segi usia pemuda
dapat dilihat dari perkembangan psikologis. Secara psikologis pemuda lebih
identik dengan remaja dan dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini manusia
mempunyai sikap yang lebih memberontak, penuh dengan inisiatif, kreatif,
cenderung antikemapanan, dan penuh dengan segala intrik yang bertujuan untuk
membangun kepribadian. Kedua lebih kepada jiwa yang dimilikioleh orang yang
bersangkutan. Pemuda tidak lagi dibatasi oleh usia dan perkembangan psikologis.
Pemuda lebih dilihat
pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang
suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, antikemapanan, serta ada tujuan
lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai
pemuda. Acuan yang kedua inilah yang pada masa lalu digunakan, sehingga pada
saat itu terlihat bahwa organisasi pemuda itu lebih banyak dikendalikan oleh
orang-orang yang secara usia sudah tidak muda lagi, tetapi mereka mempunyai
jiwa pemuda. Oleh sebab itu kelemahan dari pemikiran yang kedua itu organisasi
kepemudaan yang seharusnya digunakan sebagai wadah untuk berkreasi dan
mematangkan para pemuda dijadikan kendaraan politik, ekonomi, dan sosial untuk kepentingan
perorangan dan kelompok.
Jika didasarkan pada
sifat maka pemuda mempunyai ciri-ciri :
- Selalu
ingin memberontak terhadap kemapanan. Hal ini lebih disebabkan karena pada
usia ini seorang pemuda sedang mencari identitas diri. Keinginan untuk
diakui dan ingin mendapatkan perhatian mendorong pemuda untuk berbuat
sesuatu yang ”tidak biasa-biasa saja dan sama dengan yang lain”. Ditinjau
dari sisi positif perilaku ini akan memunculkan kreatifitas, akan tetapi
disisi lain akan muncul penentangan dari pihak lain khususnya pihak orang
dewasa yang sudah mapan.
- Bekerja
keras dan pantang menyerah. Sifat kedua ini berhubungan erat dengan sifat
pertama. Kerja keras dan pantang menyerah inilah yang mendorong pemuda
berlaku revolusioner. Perilaku revolusioner inilah yang memunculkan
anggapan bahwa pemuda itu tidak berpikir panjang sehingga akan berpotensi
untuk menimbulkan konflik baik itu dengan sesama pemuda maupun dengan
orang tua.
- Selalu
optimis. Sifat ini sangat menunjang sifat kerja keras dan pantang menyerah.
Sifat optimis ini akan mendorong pemuda selalu bersemangat berusaha untuk
mencapai cita-citanya.
Berdasarkan dua
tinjauan tersebut, mendefinisikan pemuda itu tidaklah mudah. Hal ini disebabkan
karena tidak hanya dari sisi usia bahwa seorang individu dikatakan muda, akan
tetapi juga harus ditunjang oleh sifat/jiwa yang berbeda dengan golongan usia
lainnya. Seseorang yang berusia muda belum tentu dapat dikatakan pemuda jika
sifat/jiwanya tidak mencerminkan seorang pemuda. Demikian juga sebaliknya
seseorang yang sudah tidak masuk kategori muda secara usia belum tentu tidak
mempunyai sifat/jiwa seperti pemuda pada umumnya. Untuk lebih mudahnya definsi
pemuda haruslah didasarkan pada usia yaitu usia antara 19 sampai 25 tahun dan harus mempunyai sifat/jiwa
pemberontak, pekerja keras, pantang menyerah, serta selalu optimis.
No comments:
Post a Comment