Klik ๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡

Wednesday, 24 May 2017

Psikologi Pendindikan (Pra-Remaja, Remaja, Pemuda)

Pra- Remaja Usia 13-16 Tahun
Pertumbuhan anak Pra Remaja sering mengejutkan, karena tiba-tiba tubuh mereka berubah cepat dan kita tidak lagi bisa mengenali mereka sebagai anak-anak. Namun demikian di balik tubuh yang bertumbuh tersebut. Keadaan kejiwaan mereka masih kekanak-kanakan. Hal ini sering membingungkan anak Pra Remaja, karena meskipun mereka tidak lagi dianggap anak-anak tapi mereka belum bisa diterima di lingkungan orang dewasa. Marilah kita mengenal mereka lebih dekat:
A.    Ciri Khas Secara Jasmani
  1. Pertumbuhan fisik berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan. Mereka merasa resah karena hal tersebut, untuk itu mereka membutuhkan perhatian dan pengertian, serta makanan yang bergizi.
  2. Berat dan tinggi badan anak perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat dibanding anak laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini amat peka akan keadaan fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan yang sehat, jangan biarkan mereka (termasuk gurunya) membuat gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak ini.
  3. Sudah mulai mengalami proses kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai mengalami mensturasi. Guru wanita sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan memberikan waktu untuk berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka malu berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri.
  4. Pita suara semakin dewasa, yang menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian anak laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, guru dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau suara mereka mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan pada mereka, tapi bukan dengan paksaan.
  5. Pertumbuhan jasmani yang pesat mengakibatkan gerak-gerik anak pra-remaja menjadi kurang lincah. Misalnya: mudah menumpahkan sesuatu, kakinya tersandung, dsb. Masa ini dapat menjadi masa usia dimana mereka seringkali merasa kikuk. Oleh karena itu guru sebaiknya bersikap sabar dan penuh pengertian pada mereka.
  6. Memasuki masa remaja, anak-anak ini tidak lagi terlalu suka melakukan berbagai permainan/kegiatan yang menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka (seperti layaknya dilakukan oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang cenderung menyukai permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan tertentu serta menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.
B.     Ciri Khas Secara Mental
  1. Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.
  2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb.
  3. Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila memungkinkan, guru dapat menghadirkan "tokoh" jemaat dalam diskusi tsb. (misalnya pendeta, dokter, dosen, pengacara, dsb).
  4. Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani di gereja memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.
  5. Mereka masih suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia pra-remaja ini dapat bertemu dengan orang- orang yang dapat menantangnya pada kehidupan kristen mereka yang menarik.
  6. Mereka mulai peka melihat dan mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek. Meskipun anak pra-remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah, kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar seperti yang diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru harus acapkali menekankan pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya mereka.
C.    Ciri Khas Secara Emosi
  1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut.
  2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru yang dapat menjadi "teman baik" mereka dalam menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.
D.    Ciri Khas Secara Sosial
  1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Jadi, ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Tuhan tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tersebut.
  2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini.
E.     Ciri Khas Secara Rohani
  1. Dalam menghadapi pergumulan jiwa seorang anak pra-remaja, pertahanan yang terbaik adalah melakukan suatu serangan. Jika mereka diberi kesempatan-kesempatan yang penuh tantangan untuk aktif bagi Kristus, mereka akan bertumbuh secara rohani.
  2. Tidak seperti usia sebelumnya, mereka saat ini tidak lagi beribadah karena paksaan orangtua. Mereka sudah mulai memiliki pendirian dan keputusan sendiri. Oleh karena itu, guru harus dapat membangkitkan minat mereka terhadap hal-hal rohani dan menyediakan atmosfir yang menyenangkan dalam persekutuan pra- remaja, bila tidak, mereka akan segera tertarik pada kelompok lain di luar gereja yang mungkin dapat menjuruskan mereka ke hal-hal yang bertentangan dengan iman percayanya.
  3. Mereka membutuhkan contoh konkrit, pengalaman yang nyata, serta relevansi pengajaran yang diterimanya dari Gereja dalam kehidupannya sehari-hari.
  4. Memiliki banyak pertanyaan tentang kebenaran, mereka sedang mencari kebenaran yang sejati.
  5. Dapat mengalami kehidupan yang berpusat pada Kristus. Bilamana demi Kristus, seorang anak secara pribadi memutuskan untuk melakukan apa yang diketahuinya benar walaupun ia sudah tahu bahwa konsekuensinya mungkin tidak menyenangkan, maka ia sudah mulai memasuki proses ke kedewasaan moral dan spiritual.
  6. Teladan hidup orang dewasa amat penting bagi mereka. Tantangan besar bagi para pembimbing anak pra-remaja adalah menjadikan dirinya sendiri melaksanakan apa yang telah diajarkannya (walk the talk), bila tidak, kita sedang mengajarkan pada mereka untuk menjadi orang yang munafik, yang tidak memiliki integritas iman di dalam hidupnya.
Tanpa kita sadari, sebagai guru/pembimbing anak pra-remaja, kita telah memainkan peran yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan anak-anak itu. Seringkali, anda merupakan mata rantai penghubung kepada Tuhan yang paling vital bagi seorang anak pra-remaja, bahkan, mungkin satu-satunya.
F.     MASA PANCAROBA/PUBER
Di masa ini adalah masa dimana anak akan menentukan identitas dirinya dan jalan hidupnya,maka dari itu orang tua perlu memahami karakter dan pola pikir anak di usia remaja.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 12 tahun
ร˜  Mulai bersikap kritis
ร˜  Rasa setia kawan yang kuat terhadap kelompoknya.
ร˜  Cepat lelah dalam berkomunikasi dan jangka waktu perhatian berubah- ubah, bisa lama bisa juga sebentar.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 13 tahun
ร˜  Perhatian dapat berlangsung lama
ร˜  Penyesuaian diri sudah lebih baik.
ร˜  Lebih spontan dan antusias.
ร˜  Pola berpikir sudah lebih abstrak, misalnya mengenai hukum, keadilan, kebenaran dan kejujuran.
Karakteristik Pra Remaja – Usia 14-16 tahun
ร˜  Kematangan dalam organ sex
ร˜  Pertumbuhan sangat cepat, sehingga tampak kurang proporsional dan anak menjadi cepat lelah, sehingga menjadi emosional (sering marah-marah tanpa sebab, nervous, gelisah)
ร˜  Fase negatif (perilakunya), sehingga menjadi kurang minat dengan teman, menarik diri, lebih banyak menyendiri.
ร˜  Prestasi di sekolah menurun, menjadi malas.
ร˜  Mudah bosan terhadap waktu maupun situasi dan mengekspresikannya dengan kata-kata kasar.
ร˜  Sering terjadi pertentangan baik dengan OT/Saudara/lingkungan.
Ciri Psikologis Umum Usia Pra Remaja
v  Menolak tokoh otoriter.
v  Sangat emosional, cepat marah dan berontak serta senang pada pertarungan.
v  Sikap kasar atau benci pada jenis kelamin yang berlawanan.
v  Kehilangan kepercayaan diri karena kekhawatiran pada ketidakmampuannya dalam mengadakan hubungan sosial ataupun pribadi.

Remaja (16-19 Tahun)
A.      Pengertian Remaja
Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: (1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.
Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986: 98) yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik. Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.
Beberapa defenisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur berkisar antara 16-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki permasalahan yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian remaja dapat dilihat pada ciri-ciri remaja dalam berbagai sudut pandang berikut ini :
B.       Ciri-Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
v  Adolensi dini รจ Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
v  Adolensi menengah รจ Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kriti tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.
v  Adolesensi akhir รจ Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
C.       Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa pra-remaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam monks, 2002:16) berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa.
D.      Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekitar usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking) berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya.
Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun, hal itu tidak berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran formal (formal reasoning) sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara potensial sudah tercapai.
E.       Perkembangan Emosi Remaja
Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan orang lain pada khususnya. Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus yang di hadapinya.
Prawitasari (dalam Zailani, 1887:85) mengembangkan alat pengungkap emosi dasar manusia berupa foto-foto sebagai ekspresi wajah dari berbagai model dasar manusia yaitu : senang, sedih, terkejut, jijik, marah, takut dan malu.
Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalnya orang yang marah seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat individual atau subjektif, tergantung pada kondisi pribadi masing-masing orang. Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan perasaan bahagia.
Pemuda (usia 19-25 Tahun)
Jika berbicara tentang pemuda maka yang akan terpikir ada dua hal, yaitu pertama dari segi usia pemuda dapat dilihat dari perkembangan psikologis. Secara psikologis pemuda lebih identik dengan remaja dan dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini manusia mempunyai sikap yang lebih memberontak, penuh dengan inisiatif, kreatif, cenderung antikemapanan, dan penuh dengan segala intrik yang bertujuan untuk membangun kepribadian. Kedua lebih kepada jiwa yang dimilikioleh orang yang bersangkutan. Pemuda tidak lagi dibatasi oleh usia dan perkembangan psikologis.
Pemuda lebih dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, antikemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda. Acuan yang kedua inilah yang pada masa lalu digunakan, sehingga pada saat itu terlihat bahwa organisasi pemuda itu lebih banyak dikendalikan oleh orang-orang yang secara usia sudah tidak muda lagi, tetapi mereka mempunyai jiwa pemuda. Oleh sebab itu kelemahan dari pemikiran yang kedua itu organisasi kepemudaan yang seharusnya digunakan sebagai wadah untuk berkreasi dan mematangkan para pemuda dijadikan kendaraan politik, ekonomi, dan sosial untuk kepentingan perorangan dan kelompok.
Jika didasarkan pada sifat maka pemuda mempunyai ciri-ciri :
  1. Selalu ingin memberontak terhadap kemapanan. Hal ini lebih disebabkan karena pada usia ini seorang pemuda sedang mencari identitas diri. Keinginan untuk diakui dan ingin mendapatkan perhatian mendorong pemuda untuk berbuat sesuatu yang ”tidak biasa-biasa saja dan sama dengan yang lain”. Ditinjau dari sisi positif perilaku ini akan memunculkan kreatifitas, akan tetapi disisi lain akan muncul penentangan dari pihak lain khususnya pihak orang dewasa yang sudah mapan.
  2. Bekerja keras dan pantang menyerah. Sifat kedua ini berhubungan erat dengan sifat pertama. Kerja keras dan pantang menyerah inilah yang mendorong pemuda berlaku revolusioner. Perilaku revolusioner inilah yang memunculkan anggapan bahwa pemuda itu tidak berpikir panjang sehingga akan berpotensi untuk menimbulkan konflik baik itu dengan sesama pemuda maupun dengan orang tua.
  3. Selalu optimis. Sifat ini sangat menunjang sifat kerja keras dan pantang menyerah. Sifat optimis ini akan mendorong pemuda selalu bersemangat berusaha untuk mencapai cita-citanya.
Berdasarkan dua tinjauan tersebut, mendefinisikan pemuda itu tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena tidak hanya dari sisi usia bahwa seorang individu dikatakan muda, akan tetapi juga harus ditunjang oleh sifat/jiwa yang berbeda dengan golongan usia lainnya. Seseorang yang berusia muda belum tentu dapat dikatakan pemuda jika sifat/jiwanya tidak mencerminkan seorang pemuda. Demikian juga sebaliknya seseorang yang sudah tidak masuk kategori muda secara usia belum tentu tidak mempunyai sifat/jiwa seperti pemuda pada umumnya. Untuk lebih mudahnya definsi pemuda haruslah didasarkan pada usia yaitu usia antara 19 sampai 25 tahun dan harus mempunyai sifat/jiwa pemberontak, pekerja keras, pantang menyerah, serta selalu optimis.

No comments:

Post a Comment