A. Definisi Keterampilan Bertanya
Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih
(2007:59), menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji
atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Keterampilan bertanya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari
keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui
keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
di kalangan siswa (Sofa, 2008).
B. Jenis-Jenis Keterampilan Bertanya
Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu:
1. Keterampilan Bertanya Dasar
a. Pengertian Keterampilan Bertanya
Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis diuraikan menjadi
dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia
“bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan
keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas
ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara
sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam
meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi
lawan bicara.
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik
berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan
pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam
Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan
verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang
diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk
suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan adanya respon siswa.
b. Komponen-Komponen
1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat è Pertanyaan guru harus diungkapkan
secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh
siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
2. Pemberian acuanè Kadang-kadang
guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan.
3. Pemindahan giliranè Adakalanya
satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu
siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
4. Penyebaranè Untuk
melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan
giliran menjawab pertanyaan secara acak.
5. Pemberian waktu berfikirè Setelah
mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk
berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
6. Pemberian tuntunanè Bila siswa itu
menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan
tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
a. Pengertian
Dalam kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk
mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Untuk menindaklanjuti
pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan
pertanyaan lanjut. Dengan demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan
pertama (dasar) yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih
dalam dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan
mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak
dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan
pertanyaan dasar. Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi
dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis mengembangkan kemampuan
berfikirnya.
b. Komponen-Komponen
1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaanè Pengubahan ini artinya agar
seorang guru dalam mengajukan pertanyaan dapat berusaha mengubah tingkat
kognitif siswa dalam menjawab suatu pertanyaan dari tingkat yang rendah ke
tingkat kognitif yang lebih tinggi. Seperti: tingkat pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis maupun tingkat evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepatè Dalam memberikan urutan
pertanyaan seorang guru harus memberikannya secara terurut, misal: pertama
seorang guru mengajukan pertanyaan pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan
yang terakhir lanjut ke pertanyaan evaluasi. Selain itu, seorang guru hendaknya
memberikan waktu yang cukup untuk bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Penggunaan pertanyaan pelacakè Ada tujuh
teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan oleh seorang guru.
3.1 Klarifikasiè Jika ada
salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat yang kurang tepat,
maka guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa untuk menjelaskan
atau dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau
menyuruh siswa untuk mengulang jawabannya dengan kata yang lebih lugas. Contoh: Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang kamu maksud?
3.2 Meminta siswa memberikan alasanè Guru dapat
meminta siswa untuk memberikan bukti yang menunjang kebenaran suatu pandangan
yang diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh: Mengapa kamu mengatakan
demikian?
3.3 Meminta kesepakatan pandanganè Guru
memberikan kesempatan kepada siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan
atau penolakan siswa serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu pandangan
yang diungkapkan oleh seorang siswa, dengan maksud agar diperoleh pandangan
yang benar dan dapat diterima oleh semua pihak. Contoh:
Siapa setuju dengan jawaban itu? Mengapa
3.4 Meminta ketepatan jawabanè Jika jawaban
siswa belum tepat guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu
agar diperoleh jawaban yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian
pertanyaan dengan sistem bergilir.
3.5 Meminta jawaban yang lebih relevanè Mengajukan
pertanyaan yang memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau mengemukakan
kembali jawabannya menjadi lebih relevan.
3.6 Meminta contohè Jika ada
jawaban dari siswa yang kurang jelas maka guru dapat meminta siswa untuk
memberikan ilustrasi atau contoh yang konkret. Contoh:
Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh dari jawabanmu?
3.7 Meminta jawaban yang lebih kompleksè Guru
memberikan penjelasan agar jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu
menemukan ide-ide penting lainnya. Contoh: Dapatkah kamu
memberikan penjelasan yang lebih luas lagi dari ide yang dikatakan tadi?
4. Peningkatan terjadinya interaksi
Ada 2 cara guru untuk menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral.
Ø Guru mencegah pertanyaan dijawab langsung oleh seorang siswa tetapi siswa
diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya untuk didiskusikan.
Ø Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan
dari murid, tetapi melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada siswa untuk
didiskusikan.
Komponen ini
akan dapat membantu siswa memberikan komentar yang wajar dan mampu
mengembangkan cara berfikir siswa.
C. Prinsip-Prinsip Keterampilan
Bertanya
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan
bertanya antara lain:
1) Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan,
sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan
suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan
yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan mendorong semangat
belajar yang tinggi.
2) Memberikan waktu berfikir
Setelah guru
mengajukan pertanyaan hendaknya tidak langsung menunjuk salah seorang dari
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu)
kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.
D. Jenis-Jenis Pertanyaan
Jenis-jenis pertanyaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
Menurut Beni (2008), Taksonomi
Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan
pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan
pertanyaan yang diajukan guru di kelas. Ada tiga
kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan
dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif
(yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).
Dalam kaitannya dengan
pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh karena seseorang
yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein
kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses
berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:
a) Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:
o
pengetahuan (knowledge)
o
pemahaman (comprehension)
o
penerapan (application)
b) Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
o
analisis (analysis)
o
sintesis (synthesis)
o
evaluasi (evaluation)
Dari keenam tingkatan tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai
berikut:
1.
Pertanyaan pengetahuanè Pertanyaan ini merupakan
pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah, yang hanya menuntut siswa
untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan tentang fakta, kejadian, definisi
dan sebagainya. Siswa hanya dituntut mengingat kembali apa yang dipelajarinya.
Kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan pengetahuan ini antara lain:
Apa?, Siapa?, Bilamana?, Di mana?, Sebutkan!, Ingatlah istilah, Kemukakan
definisi!, Pasangkan!, Berilah nama!, dan Golongkan!.
2.
Pertanyaan pemahamanè Pertanyaan ini meminta untuk
menujukkan bahwa ia telah mengerti atau memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami
sesuatu berarti ia telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa
yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Beberapa kata yang
dapat digunakan untuk pertanyaan pemahaman adalah: Bedakanlah, Terangkan,
Simpulkan, Bandingkanlah, Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, Terjemahkan,
Ubahlah, Berilah contoh, dan Berikan interpretasi.
3.
Pertanyaan penerapan
(aplikasi)è Pertanyaan
penerapan adalah pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu jawaban dengan
menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Siswa dihadapkan pada
pemecahan masalah sederhana dengan menggunakan pengetahuan yang telah
dipelajarinya. Dengan menggunakan konsep, prinsip, aturan, hukum atau proses
yang dipelajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat menentukan suatu jawaban
yang benar terhadap masalah itu. Beberapa kata yang sering digunakan untuk
pertanyaan penerapan adalah: Gunakanlah, Tunjukkanlah, Demonstrasikan, Buatlah
sesuatu, Carilah hubungan, Tuliskan suatu contoh, Siapkanlah, dan
Klasifikasikanlah.
4.
Pertanyaan analisisè Pertanyaan ini merupakan
jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis
menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis, bahkan menciptakan
sesuatu yang baru, untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu
menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau mengadakan deduksi (dari suatu
generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori, dicari fakta-faktanya). Oleh karena
itu, pertanyaan analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar,
melainkan berbagai alternatif. Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat
dalam proses kognitif sebagai berikut:
a) Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian
b) Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar mencapai
suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi
c) Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang
menunjang atau menyangkal kesimpulan/generalisasi itu.
Kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan analisis adalah:
Analisislah, Kemukakan bukti-bukti, Mengapa, Identifikasikan, Tunjukkanlah
sebabnya, dan Berilah alasan-alasan.
5.
Pertanyaan sintesisè Pertanyaan ini merupakan
pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut siswa untuk berpikir orisinil dan
kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat menjadi suatu kesatuan. Mereka
dituntut untuk dapat mengambil suatu kesimpulan dari informasi yang telah
diberikan. Siswa tidak hanya menerka jawaban, melainkan harus berpikir dengan
sungguh-sungguh. Berikut ini adalah kata-kata yang sering digunakan dalam
pertanyaan-pertanyaan sintesis: Ramalkanlah, Bentuk, Ciptakanlah, Susunlah,
Rancanglah, Tulislah, Bagaimana kita dapat memecahkan, Apa yang
terjadi seaindainya, Bagaimana kita dapat memperbaiki, dan Kembangkan.
6.
Pertanyaan evaluasiè Pertanyaan ini menuntut proses
berpikir yang paling tinggi dan untuk dapat menyatakan pendapat atau menilai
berbagai ide, karya seni, pemecahan masalah serta alasan-alasan keputusannya,
harus digunakan kriteria-kriteria tertentu. Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a) pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai
persoalan
b) pertanyaan yang menilai suatu ide
c) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
d) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik.
2. Pertanyaan Berdasarkan Maksudnya
Menurut Hutasoit (2010), pertanyaan berdasarkan maksudnya, terdiri atas:
a) Pertanyaan permintaan ( compliance question) adalah pertanyaan yang
mengharapkan peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pernyataan.
b) Pertanyaan retoris (rhetorical question) adalah pertanyaan yang tidak
menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru, dengan maksud hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didiknya.
c) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan
yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat
menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan
ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan
seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya.
d) Pertanyaan menggali (probing question) adalah pertanyaan lajutan yang dapat
mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban atas pertanyaan yang
diajukan sebelumnya. Jenis pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendorong peserta
didik meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan.
3. Pertanyaan Berdasarkan Tujuannya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan maksudnya terdiri atas:
a) Pertanyaan Kognitifè Pertanyaan
kognitif adalah pertanyaan yang dilakukan guru kepada siswa dengan tujuan untuk
menguji pengetahuan, pemahaman, dan pendapat siswa tentang materi pelajaran.
Contohnya dalam ilmu fisika: “ Apa yang dimaksud dengan tekanan?”
b) Pertanyaan Performansiè Pertanyaan performansi
adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan tujuan agar siswa
melakukan penampilan/performansi sesuai dengan yang dianjurkan guru. Contonya:
“ Bisakah Kamu mengerjakan soal itu di papan tulis?”.
c) Pertanyaan Konsekuensiè Pertanyaan konsekuensi
adalah adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan tujuan agar
siswa menjelaskan atau memberikan alas an terhadap tindakan ataupun pendapat
yang telah dikemukakan. Contohnya: “Apa yang terjadi ketika tembaga
dan kayu didekatkan pada sebuah magnet? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?”
d) Pertanyaan Eksplorasiè Pertanyaan
eksplorasi adalah pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa dengan tujuan
untuk menjajagi sejauh mana pengetahuan dan pengalaman siswa sebelum ia
menempuh pelajaran baru. Contonya: setelah guru selesai menjelaskan tentang
besaran dan satuan, kemudian meberikan pertanyaan “Kecepatan dan usaha termasuk
besaran apa?”.
4. Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan sifatnya terdiri atas:
a. Pertanyaan Ingatanè Pertanyaan
ingatan adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk mengenal atau mengingat
kembali apa yang telah dipelajari. “ Ada berapa macam besaran di fisika?”
b. Pertanyaan Pemahamanè Pertanyaan
pemahaman adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk membuktikan bahwa mereka
telah mempunyai pengertian yang cukup untuk menyusun materi yang telah
diketahui secara mantap. Contihnya: “ Tolomg jelaskan dengan bahasa kamu
sendiri, bagaimana proses terjadinya interferensi pada gelombang cahaya?”.
c. Pertanyaan Analisisè Pertanyaan
analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk berpikir secara kritis
dan mendalam.Biasanya meminta siswa untuk mencari alasan atau sebab dari suatu
masalah atau dapat juga dengan menganalisa suatu informansi. Contohnya: “
Mengapa gas kalau dipanaskan tekanannya meningkat?”.
d. Pertanyaan Sintesisè Pertanyaan
sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa untuk menampilkan
pikiran yang murni dan kreatif. Contohnya: “ Apa yang terjadi seandainya dua
benda yang beratnya berbeda dijatuhkan bersama-sama dari gedung yang tinggi?”
e. Pertanyaan Evaluasiè Pertanyaan
evaluasi adalah pertanyaan tingkat tinggi berdasarkan proses mental yang
terlibat di dalamnya. Pertanyaan evaluasi tidak memiliki satu jawaban yang benar
mutlak dan tidak mempunyai jawaban tunggal. Contohnya: “ Menurut kalian cara
mana yang paling mudah untuk menyelesaikan soal integral ini?”.
5. Pertanyaan Berdasarkan Caranya
Menurut Wartono (2003), pertanyaan berdasarkan caranya terdiri atas:
a. Pertanyaan Mengarahkanè Pertanyaan
mengarahkan adalah pertanyaan yang diberikan guru untuk menuntun siswa dalam
dalam proses berpikir, sehingga siswa dapat menemukan inti permasalahannya.
Contohnya: pada saat guru menerangkan tentang sifat-sifat bayangan pada cermin datar,
guru menyuruh siswa untuk menggambar bayangan benda di depan cermin datar
berdasarkan hukum pemantulan pada cermin datar.
b. Pertanyaan Menggaliè Pertanyaan
menggali adalah pertanyaan lanjutan yang mendorong siswa untuk lebih mendalami
maksud dari pertanyaan yang diajukan sebelumnya, dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertanyaan sebelumnya.
c. Pertanyaan Memancingè Pertanyaan
memancing adalah pertanyaan yang bertujuan untuk memancing ide-ide siswa secara
original, sehingga siswa dapat memberikan jawaban secara tepat, jujur, benar,
tidak malu, dan takut menjawabnya.
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Mengajukan Pertanyaan dalam
Proses Mengajar pada Siswa
1. Tujuanè Tujuan yang
dicanangkan guru dalam mengajukan suatu pertanyaan harus jelas.
2. Penyusunan Kata-Kataè Untuk
membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun dengan
kata-kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswanya dan harus memahami
bahwa pembendaharaan kata-kata dan pemahaman terhadap kata-kata antara guru dan
siswa berbeda.
3. Strukturè Selama
proses belajar mengajar, sebaiknya guru memberikan informasi yang relevan
dengan tugas atau pertanyaan yang diajukan pada siswa baik sebelum maupun
sesudah pertanyaan itu diajukan.
4. Pemusatanè Pemusatan
sangat penting dalam ruang lingkup pertanyaan yang diberikan guru agar
pertanyaan tidak meluas ke topik-topik yang lain yang bukan menjadi tujuan
materi yang diajarkan. Pemusatan lainnya yaitu perhatian terhadap jumlah
pertanyaan yang diberikan pada siswa.
5. Pindah Gilirè Agar respon
dari siswa tetap ada dalam proses belajar mengajar, guru dapat melakukan pindah
gilir terhadap pertanyaan yang diajukan, misalnya pertanyaan yang diajukan pada
salah satu siswa belum terjawab, maka guru bisa mengajukannya lagi pada siswa
yang lain dengan pertanyaan yang sama.
6. Distribusi/Penyebaranè Untuk
melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar, guru disarankan
mendistribusikan pertanyaan secara acak selama proses belajar mengajar.
Pertanyaan dapat diberikan pada seluruh kelas kemudian baru pada salah satu
siswa, dan guru harus berusaha agar semua siswa mendapat giliran menjawab
pertanyaan.
7. Pemberian Waktuè Guru perlu
memberikan waktu bagi siswanya untuk berpikir sebelum menemukan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan guru.
8. Pemberian Tuntunanè Guru dapat
memberikan tuntunan pada siswa untuk meberikan jawaban dengan baik dan benar,
misalnya dengan menanggapi jawaban yang kurang tepat atau jawaban yang salah
yang diberikan siswa.
9. Antusias dan Hangatè Sikap
antusias dan hangat yang diberikan guru pada siswa dapat memberikan arti dalam
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Misalnya tidak
secara langsung mengatakan bahwa jawaban si A salah dan langsung mengajukannya
pada siswa lain, akan tetapi memberikan arahan lain yang yang bersifat membantu
(Wartono, 2003).
F. Kelebihan dan Kelemahan dari Keterampilan Bertanya
1. Kelebihan
Ø Mempererat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
Ø Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga
pelajaran akan lebih menarik.
Ø Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma (Munsyi
(1981:70) dalam Albantati, 2010).
2. Kelemahan
Ø Mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
Ø Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
Ø Tidak semua anak mengerti dan dapat mengajukan pendapat (Munsyi (1981:70) dalam Albantati, 2010).
No comments:
Post a Comment