Klik 👇👇👇

Friday, 23 September 2016

Dasar Teologi Dari Pendindikan Agama Kristen

1.      FONDASI ALKITABIAH
Agar bisa memahami pendidikan Kristen dan praktik pendidikan secara bertanggung jawab dari sudut pandang teologi Injili, para pendidik Kristen, harus berhati-hati memeriksa fondasi alkitabiah yang mendasari praktik pendidikan Kristen. Alkitab adalah sumber esensial untuk mengerti keunikan Kristen dalam pendidikan. Oleh karena itu, seluruh pemikiran dan praktik para pendidik harus dipimpin oleh kebenaran penyataan Allah ketika mereka berusaha taat kepada Kristus dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Mereka biasanya mengalami kebingungan dalam menghadapi keragaman teori pendidikan dalam masyarakat kontemporer. Dalam situasi seperti itu, eksplorasi terhadap fondasi alkitabiah menjadi penting untuk menilai praktik pendidikan. Penyelidikan seperti ini tidak menghasilkan teori dan praktik pendidikan yang steril atau kaku, yang tanpa ruang bagi kreativitas. Sebaliknya, pendidikan Kristen yang dibangun di atas pola berdasar Alkitab justru memberi pengalaman edukasional yang dinamis dan beragam.
Ada beberapa fondasi alkitabiah dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; fondasi-fondasi tersebut mena­warkan berbagai model atau paradigma ketika membaca teks Alkitab. Semua pendidik PAK mempunyai paradigma tersendiri yang mengarahkan pemikiran dan praktik pendidikan mereka kepada peserta didik atau murid-murid PAK. Pendidikan Kristen yang dibangun di atas pola yang berdasar Alkitab, akan memberi pengalaman edukasional yang dinamis, beragam, serta lebih luas.
Menurut Pazmino, pada banyak kasus, model-model tersebut kerap kali tidak diperiksa/diuji, dalam arti mengajarkan apa adanya. Tantangan bagi orang Kristen adalah memeriksa model-model itu, kemudian memperjelasnya, apakah didasarkan pada fondasi alkitabiah atau tidak. Berbagai model yang dibangun di atas fondasi alkitabiah akan berfungsi sebagai acuan untuk mengkaji semua upaya pendidikan dilakukan pada masa lampau, masa kini, dan masa depan.
A.    Perjanjian Lama
PL memberi variasi yang luas tentang konteks historis dan komunal untuk mengeksplorasi hakikat dari belajar ­mengajar dalam komunitas orang Israel. Pazmoni mengikuti pemikiran Matias Preiswerk yang menggambarkan model pendidikan agama (Yahudi) pada masa PL, (hal 16). Bisa dikatakan bahwa titik pijak pendidikan agama pada era Israel, dan kemudian berkembang pada masa-masa sesudahnya, adalah Ulangan 6, utamanya ayat 1-2, 4-9; dan terus menerus mengalami proses pengembangan seiring dengan perkembangan zaman (dan ilmu pengetahuan), kemudian menjadi baku (dan tetap ada tambah kurangnya) sebagai bentuk pendidikan Yudaisme/Yahudi, hingga era modern.  Dari,  berawal, dari Ulangan 6 lah, terbangun varian-varian baru model pendidikan dari/dan kepada umat Allah. Isi atau muatan pada Ulangan 6, dalam kaitan dengan pendidikan, terdiri dari perintah, ketetapan, dan hukum yang diperintahkan oleh TUHAN, Allah Israel kepada Musa, dan kemudian kepada segenap Israel sebagai umat pilihan Allah, dalam sebagai umta kudus milik-Nya. Muatan tersebut menyangkut hampir kena-mengena dengan segenap aspek hidup dan kehidupan umat Israel. Dan, yang menjadi pelakon utama pendidikan, pada masa itu, adalah orang tua, (dari sebelum umat Israel menyerahkan tradisi mendidik anak kepada sekolah Torat dan para rabbi). Karena orang tua sebagai pelakon utama, menurut Ulangan 6, maka sikon pendidikannya adalah rumah dan di mana serta dalam keadaan apa pun; dengan itu, setiap pribadi umat, harus belajar agar mampu mengaplikasikan iman (kepada TUHAN) pada semua aspek hidup dan kehidupan.
B.     Perjanjian Baru
Umat Kristen Kuno, sebelum ada PB atau  pra-perjanjian baru, khususnya yang belatar belakang Yahudi (biologis dan proselit) masih menggunakan tradisi dan model pendidikan dari/dan era PL/Yudaisme, walau muatannya ditambah dengan Yesus Kristus sebagai Nabi yang dijanjikan dan Messias diharapkan umat Allah; dan Ia adalah pemenuhan nubuatan para nabi kepada umat sejak dulu kala. 
Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa penyusunan, pengumpulan (ulang) kata-kata Yesus (dan kisah-kisah seputar-Nya), termotivasi karena kebutuhan terhadap muatan atau isi pendidikan agama serta pelajaran iman terhadap sosok Yesus. Oleh sebab itu, penyusunan oleh Markus (sebagai orang pertama yang menulis Injil) kemudian para penulis berikutnya, melakukan klasifikasi begitu rupa, sehingga menghasilkan kronologis Yesus: dari lahir, bekerja, meninggal, bangkit, dan naik kesurga. 
Dengan demikian, dalam konteks PAK, maka ke empat Injil, bisa menjadi suatu bentuk sylabus dan kurikulum yang paling awal; dan itu yang dipakai gereja-gereja dalam rangka PAK yang serderhana yaitu mengenal dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Messias dan Juru selamat. Dalam perkembangan kemudian, ketika para rasul mulai menulis surat-surat, mereka membangun ajaran moral, etika, teologi berdasar sylabus dan kurikulum yang telah ada sebelumnya, yaitu keempat Injil. Dari situlah, Gereja Mula-mula (dan warisannya ada hingga kini) memperlihatkan tugas mereka pada bidang pendidikan; yang saling kait mengait satu sama lain, (hal 56).
Pazmino mengikuti pemikiran E.V.Hill yang menggambarkan jaringan pendidikan yang dilakukan oleh Gereja hasil padua ajaran Yesus menurut penulis Injil dan pesan-pesan dalam surat-surat para rasul. Gambaran jaringan lapangan baseball E.H.Hill, dalam permainan softball aturan yang ketat aturan ketat, namun pemain masih bisa berlari atau keluar dari garis-gari itu. Pada sikon pendidikan, para pendidik PAK dapat bergerak dengan bebas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sehingga, dalam pemberitaan (kerygma) gereja tercermin atau mencerminkan tugas-tugas dan panggilan gereja secara utuh atau holistik.
Iman dipandang sebagai sesuatu yang mengandung beberapa dimensi, yaitu notitia (afirmasi intelektual), assensus (afirmasi efektif), dan fiducia (afirmasi intensional) ketika seseorang merespon pekerjaan dan penyataan Allah dalam Yesus Kristus. Pendidikan dalam hal pemberitaan atau penginjilan berfokus pada memampukan seseorang untuk mengeksplorasi dan memahami dimensi-dimensi iman tersebut serta meneguhkan respons mereka. Respons seperti itu mencakup, awalnya secara pribadi, kemudian dibagikan kepada orang lain. Pemberitaan (kerygma) adalah sesuatu yang krusial dalam proses tersebut, dengan adanya pertemuan-pertemuan yang mengandung unsur pendidikan menjadi sarana untuk mendiskusikan isu-isu iman yang melengkapi pemberitaan Injil. Ada banyak pondasi Alkitab yang dapat diambil dan dirajut untuk membangun pendidikan Kristen dengan tujuan membentuk suatu karya tenunan yang indah dari pelayanan pada Yesus Kristus. Perspektif  Kitab Suci merupakan data esensial untuk membangun pelayanan pendidikan Kristen.  
Pada perkembangan selanjutnya, tugas PAK yang dilakukan oleh Gereja-gereja, sudah sejak lama, tak lagi hanya seperti pada Gereja Mula-mula, namun telah melakukan integrasi dasar-dasar pendidikan agama pada PL dan Gereja Mula-mula, sehingga menghasilkan fondasi PAK yang Alkitabiah berdasar PL dan PB. Hasilnya adalah,  yang sekarang, kini terlihat dan dipraktekan oleh Gereja-gereja di berbagai penjuru dunia.
2.  FONDASI TEOLOGIS
Pendekatan teologi dalam pendidikan Kristen. Untuk menegaskan penekanan pada perbedaan aspek-aspek kekristenan dalam teologi yang memandu pola pikir dan praktik pendidikan. Prefensi ini kadang menghasilkan keterbatasan ketika melakukan dialog dengan kelompok lain yang mengidentifikasikan dirinya sebagai komunitas akademis pendidik agama yang bersifat plurasitik dan beragama. Pendekatan (kaum) Injili pada pendidikan agama menekankan pada empat elemen yaitu
  1. Otoritas Alkitab. Firman Allah yang tertulis adalah Kitab Suci di dalam keutuhan dan keberagman isinya, dan dengan itu kaum Inili berusaha mengajarkan seluruh hikmat Allah. Elemen ini adalah panduan utama bagi gereja. Kitab Suci sebagai yang diinspirasi secara ilahi, dan orang percaya dipanggil untuk menemukan agenda alkitabiah di dalam pendidikan Kristen. Kitab Suci sebagai otoritas final dan penyaring yang digunakan untuk memeriksa semua kebenaran apakah sesuai dan konsisten atau tidak dengan dunia dan cara pandang kekristenan.
  2. Pentingnya pertobatan. Pemberitaan Injil dan pertobatan dalam pendidikan Injili adalah dua hal penting yang melengkapi katekisasi dan pembinaan. Katekisasi adalah instruski (dari pendidik Kristen) yang membina proses intergrasi kebenaran Kristen dengan hidup dan kehidupan; sedangkan pembinaan adalah aktivitas bina spiritual yang menghasilkan kebangunan Kristen. Katekisasi dan pembinaan seseorang yang sedang dan mau mempertimbangkan secara serius berkomitmen seumur hidup mengikuti Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat.
  3. Karya pembebasan Kristus. Orang Kristen Injili mempercayai doktrin fundamental Injil, termasuk inkarnasi dan kelahiran Yesus oleh perawan Maria, kehidupan Yesus tanpa dosa, kematian-Nya untuk menebus dosa, dan kebangkitan tubuh-Nya dasar pengampunan bagi orang berdosa, pembenaran hanya karena iman, dan regeranari spiritual bagi semua orang yang mempercayai karya penebusan Yesus Kristus.
  4. Pentingnya pertobatan pribadi. Orang Injili menekankan kebutuhan untuk menyeleraskan setiap pribadi di dalam Iman Kristen; dan untuk bertumbuh di dalam keintiman dan perjalanan relasi dengan Kristus.
Di samping keempat elemen tersebut, sangat mungkin menggambarkan fondasi teologis dari pendidikan Kristen (menurut kaum Injil) merujuk kepada Pengakuan Iman Rasuli, yang memberikan kerangka untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan teologi yang sesuai dengan Kitab Suci.

2 comments:

  1. Tulisan ini sangat membantu kita dalam mengajar di STT. Saya sangat senang dapat membaca literatur ini. Apalagi saya bukan berlatar belakang Theologia. Sedikit saran : alangkah lebih baik lagi bila kita dapat mencantumkan dasar pemikiran pustaka disini, sehingga kita bisa menggali lebih dalam berdasarkan rekomendasi buku yang diberikan.
    Salut dan bangga dapat membaca tulisan ini. Salam Sukses. Ms. Efvi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih respon yg sangat membangunnya, saya akan berupaya lebih baik lagi.
      Tuhan Memberkati🙏

      Delete