1. FONDASI
ALKITABIAH
Agar bisa
memahami pendidikan Kristen dan praktik pendidikan secara bertanggung jawab
dari sudut pandang teologi Injili, para pendidik Kristen, harus berhati-hati
memeriksa fondasi alkitabiah yang mendasari praktik pendidikan Kristen. Alkitab
adalah sumber esensial untuk mengerti keunikan Kristen dalam pendidikan. Oleh
karena itu, seluruh pemikiran dan praktik para pendidik harus dipimpin oleh
kebenaran penyataan Allah ketika mereka berusaha taat kepada Kristus dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Mereka biasanya mengalami kebingungan
dalam menghadapi keragaman teori pendidikan dalam masyarakat kontemporer. Dalam
situasi seperti itu, eksplorasi terhadap fondasi alkitabiah menjadi penting
untuk menilai praktik pendidikan. Penyelidikan seperti ini tidak menghasilkan
teori dan praktik pendidikan yang steril atau kaku, yang tanpa ruang bagi
kreativitas. Sebaliknya, pendidikan Kristen yang dibangun di atas pola berdasar
Alkitab justru memberi pengalaman edukasional yang dinamis dan beragam.
Ada beberapa
fondasi alkitabiah dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru;
fondasi-fondasi tersebut menawarkan berbagai model atau paradigma ketika
membaca teks Alkitab. Semua pendidik PAK mempunyai paradigma tersendiri yang
mengarahkan pemikiran dan praktik pendidikan mereka kepada peserta didik atau
murid-murid PAK. Pendidikan Kristen yang dibangun di atas pola yang berdasar
Alkitab, akan memberi pengalaman edukasional yang dinamis, beragam, serta lebih
luas.
Menurut Pazmino, pada banyak kasus,
model-model tersebut kerap kali tidak diperiksa/diuji, dalam arti mengajarkan
apa adanya. Tantangan bagi orang Kristen adalah memeriksa model-model itu,
kemudian memperjelasnya, apakah didasarkan pada fondasi alkitabiah atau tidak.
Berbagai model yang dibangun di atas fondasi alkitabiah akan berfungsi sebagai
acuan untuk mengkaji semua upaya pendidikan dilakukan pada masa lampau, masa
kini, dan masa depan.
A.
Perjanjian Lama
PL memberi
variasi yang luas tentang konteks historis dan komunal untuk mengeksplorasi
hakikat dari belajar mengajar dalam komunitas orang Israel. Pazmoni mengikuti
pemikiran Matias Preiswerk yang menggambarkan model pendidikan agama (Yahudi)
pada masa PL, (hal 16). Bisa dikatakan bahwa titik pijak pendidikan agama pada
era Israel, dan kemudian berkembang pada masa-masa sesudahnya, adalah Ulangan
6, utamanya ayat 1-2, 4-9; dan terus menerus mengalami proses pengembangan
seiring dengan perkembangan zaman (dan ilmu pengetahuan), kemudian menjadi baku
(dan tetap ada tambah kurangnya) sebagai bentuk pendidikan Yudaisme/Yahudi,
hingga era modern. Dari, berawal, dari Ulangan 6 lah, terbangun
varian-varian baru model pendidikan dari/dan kepada umat Allah. Isi atau muatan
pada Ulangan 6, dalam kaitan dengan pendidikan, terdiri dari perintah,
ketetapan, dan hukum yang diperintahkan oleh TUHAN, Allah Israel kepada Musa,
dan kemudian kepada segenap Israel sebagai umat pilihan Allah, dalam sebagai
umta kudus milik-Nya. Muatan tersebut menyangkut hampir kena-mengena dengan
segenap aspek hidup dan kehidupan umat Israel. Dan, yang menjadi pelakon utama
pendidikan, pada masa itu, adalah orang tua, (dari sebelum umat Israel
menyerahkan tradisi mendidik anak kepada sekolah Torat dan para rabbi). Karena
orang tua sebagai pelakon utama, menurut Ulangan 6, maka sikon pendidikannya
adalah rumah dan di mana serta dalam keadaan apa pun; dengan itu, setiap
pribadi umat, harus belajar agar mampu mengaplikasikan iman (kepada TUHAN) pada
semua aspek hidup dan kehidupan.
B.
Perjanjian Baru
Umat Kristen
Kuno, sebelum ada PB atau pra-perjanjian baru, khususnya yang belatar
belakang Yahudi (biologis dan proselit) masih menggunakan tradisi dan model
pendidikan dari/dan era PL/Yudaisme, walau muatannya ditambah dengan Yesus
Kristus sebagai Nabi yang dijanjikan dan Messias diharapkan umat Allah; dan Ia
adalah pemenuhan nubuatan para nabi kepada umat sejak dulu kala.
Secara
sederhana, bisa dikatakan bahwa penyusunan, pengumpulan (ulang) kata-kata Yesus
(dan kisah-kisah seputar-Nya), termotivasi karena kebutuhan terhadap muatan
atau isi pendidikan agama serta pelajaran iman terhadap sosok Yesus. Oleh sebab
itu, penyusunan oleh Markus (sebagai orang pertama yang menulis Injil) kemudian
para penulis berikutnya, melakukan klasifikasi begitu rupa, sehingga
menghasilkan kronologis Yesus: dari lahir, bekerja, meninggal, bangkit, dan
naik kesurga.
Dengan
demikian, dalam konteks PAK, maka ke empat Injil, bisa menjadi suatu bentuk
sylabus dan kurikulum yang paling awal; dan itu yang dipakai gereja-gereja
dalam rangka PAK yang serderhana yaitu mengenal dan percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Messias dan Juru selamat. Dalam perkembangan kemudian, ketika
para rasul mulai menulis surat-surat, mereka membangun ajaran moral, etika,
teologi berdasar sylabus dan kurikulum yang telah ada sebelumnya, yaitu keempat
Injil. Dari situlah, Gereja Mula-mula (dan warisannya ada hingga kini)
memperlihatkan tugas mereka pada bidang pendidikan; yang saling kait mengait
satu sama lain, (hal 56).
Pazmino
mengikuti pemikiran E.V.Hill yang menggambarkan jaringan pendidikan yang
dilakukan oleh Gereja hasil padua ajaran Yesus menurut penulis Injil dan
pesan-pesan dalam surat-surat para rasul. Gambaran jaringan lapangan baseball
E.H.Hill, dalam permainan softball aturan yang ketat aturan ketat, namun pemain
masih bisa berlari atau keluar dari garis-gari itu. Pada sikon pendidikan, para
pendidik PAK dapat bergerak dengan bebas dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Sehingga, dalam pemberitaan (kerygma) gereja tercermin atau
mencerminkan tugas-tugas dan panggilan gereja secara utuh atau holistik.
Iman
dipandang sebagai sesuatu yang mengandung beberapa dimensi, yaitu notitia
(afirmasi intelektual), assensus (afirmasi efektif), dan fiducia (afirmasi
intensional) ketika seseorang merespon pekerjaan dan penyataan Allah dalam
Yesus Kristus. Pendidikan dalam hal pemberitaan atau penginjilan berfokus pada
memampukan seseorang untuk mengeksplorasi dan memahami dimensi-dimensi iman
tersebut serta meneguhkan respons mereka. Respons seperti itu mencakup, awalnya
secara pribadi, kemudian dibagikan kepada orang lain. Pemberitaan (kerygma)
adalah sesuatu yang krusial dalam proses tersebut, dengan adanya
pertemuan-pertemuan yang mengandung unsur pendidikan menjadi sarana untuk
mendiskusikan isu-isu iman yang melengkapi pemberitaan Injil. Ada banyak
pondasi Alkitab yang dapat diambil dan dirajut untuk membangun pendidikan
Kristen dengan tujuan membentuk suatu karya tenunan yang indah dari pelayanan
pada Yesus Kristus. Perspektif Kitab Suci merupakan data esensial untuk
membangun pelayanan pendidikan Kristen.
Pada
perkembangan selanjutnya, tugas PAK yang dilakukan oleh Gereja-gereja, sudah
sejak lama, tak lagi hanya seperti pada Gereja Mula-mula, namun telah melakukan
integrasi dasar-dasar pendidikan agama pada PL dan Gereja Mula-mula, sehingga
menghasilkan fondasi PAK yang Alkitabiah berdasar PL dan PB. Hasilnya
adalah, yang sekarang, kini terlihat dan dipraktekan oleh Gereja-gereja
di berbagai penjuru dunia.
2. FONDASI TEOLOGIS
Pendekatan
teologi dalam pendidikan Kristen. Untuk menegaskan penekanan pada
perbedaan aspek-aspek kekristenan dalam teologi yang memandu pola pikir
dan praktik pendidikan. Prefensi ini kadang menghasilkan keterbatasan ketika
melakukan dialog dengan kelompok lain yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
komunitas akademis pendidik agama yang bersifat plurasitik dan beragama.
Pendekatan (kaum) Injili pada pendidikan agama menekankan pada empat elemen
yaitu
- Otoritas Alkitab. Firman Allah yang tertulis
adalah Kitab Suci di dalam keutuhan dan keberagman isinya, dan dengan itu
kaum Inili berusaha mengajarkan seluruh hikmat Allah. Elemen ini adalah
panduan utama bagi gereja. Kitab Suci sebagai yang diinspirasi secara
ilahi, dan orang percaya dipanggil untuk menemukan agenda alkitabiah di
dalam pendidikan Kristen. Kitab Suci sebagai otoritas final dan penyaring
yang digunakan untuk memeriksa semua kebenaran apakah sesuai dan konsisten
atau tidak dengan dunia dan cara pandang kekristenan.
- Pentingnya pertobatan. Pemberitaan Injil dan
pertobatan dalam pendidikan Injili adalah dua hal penting yang melengkapi
katekisasi dan pembinaan. Katekisasi adalah instruski (dari pendidik
Kristen) yang membina proses intergrasi kebenaran Kristen dengan hidup dan
kehidupan; sedangkan pembinaan adalah aktivitas bina spiritual yang
menghasilkan kebangunan Kristen. Katekisasi dan pembinaan seseorang yang
sedang dan mau mempertimbangkan secara serius berkomitmen seumur hidup
mengikuti Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat.
- Karya pembebasan Kristus. Orang Kristen Injili
mempercayai doktrin fundamental Injil, termasuk inkarnasi dan kelahiran
Yesus oleh perawan Maria, kehidupan Yesus tanpa dosa, kematian-Nya untuk
menebus dosa, dan kebangkitan tubuh-Nya dasar pengampunan bagi orang
berdosa, pembenaran hanya karena iman, dan regeranari spiritual bagi semua
orang yang mempercayai karya penebusan Yesus Kristus.
- Pentingnya pertobatan pribadi. Orang Injili
menekankan kebutuhan untuk menyeleraskan setiap pribadi di dalam Iman
Kristen; dan untuk bertumbuh di dalam keintiman dan perjalanan relasi
dengan Kristus.
Tulisan ini sangat membantu kita dalam mengajar di STT. Saya sangat senang dapat membaca literatur ini. Apalagi saya bukan berlatar belakang Theologia. Sedikit saran : alangkah lebih baik lagi bila kita dapat mencantumkan dasar pemikiran pustaka disini, sehingga kita bisa menggali lebih dalam berdasarkan rekomendasi buku yang diberikan.
ReplyDeleteSalut dan bangga dapat membaca tulisan ini. Salam Sukses. Ms. Efvi
Terima kasih respon yg sangat membangunnya, saya akan berupaya lebih baik lagi.
DeleteTuhan Memberkati🙏