Klik 👇👇👇

Thursday, 21 April 2016

Manajemen Guru Profesional

A.      Menjadi Guru Profesional
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendindikan Nasional pasal 3 disebutkan  bahwa: Pendindikan nasional berfungsi sebagai mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlat mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang maju pendindikannya, karena pendindikan merupakan penentu sebuah bangsa yang berkembang dan berkualitas. Oleh sebab itu, pendindikan yang maju tidak lepas dari peran serta guru sebagai pemegang kunci keberhasilan. Guru menjadi fasilitator yang melayani, membimbing, membina dengan piawai dan mengusung siswa menuju gerbang keberhasilan. Profesionalisme keguruan bukan hanya memproduksi siswa menjadi pintar dan terampil, tetapi juga mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa menjadi aktual. Disinilah kepribadian profesional guru dan kreativan guru sangat diidamkan.
Empat Cara Guru Memperoleh Kreativitas Mengajar
Kreativiitas bukanlah barang baru, melainkan yang sudah ada dan setiap guru mampu menciptakannya melalui inovasi, berfikir dan bertindak diluar hal-hal yang sudah ada. Cara untuk melahirkan kreativitas dapat dimulai dari:
1.    Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu timbul dari kekuatan bertanya, baik bertanya pada dirinya sendiri maupun bertanya kepada orang lain. Rasa ingin tahu mengendalikan dorongan mencipta, bereksperimen, dan membangun. Karena pada dasarnya siswa pada masa remaja adalah masa-masa ingin serba tahu “apa saja”. Jadi tugas guru adalah mengarahkan rasa keingintahuan siswa pada hal-hal positif, ilmiah dan berkitan dengan pembelajaran. Seorang pengajar tidak boleh cepat berpuas diri dan menganggap cara mengajar dan didikannya sudah hampir sempurna.
2.    Mengolah Keterbukaan: “Bersikap fleksibel dan hormat menghadapi hal baru”
Orang-orang kreatif bersifat terbuka terhadap gagasan, manusia, tempat dan hal-hal baru. Jadi dengan sifat terbuka seorang pendindik dapat meneriman ide-ide (dari luar maupun dari siswanya sendiri) dan memadukannya ke dalam otak sehingga dengan ide-ide tersebut bisa dikolaborasikan dengan ide-ide sendiri sehingga menghasilkan ide yang luar biasa dan tidak tergantung lagi dengan kepala sekolah, rekan guru, dll. Tetapi ide-ide ini muncul karena keterbukaan pendindik.
3.    Resiko: “keberanian meninggalkan zona kenyamanan”
Resiko yang dimaksud adalah apakah pembelajarannya menarik dan menyenangkan, mudah diserap oleh siswa, dan bersikap adil? Apakah pendindik dapat menyelesaikan masalah di dalam maupun di luar kelas?. Setiap permasalahan yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran merupakan salahsatu cara untuk menumbuhkan kreativitas baru untuk memperbaiki kondisi kedepan.
4.    Energi: “Fisik dan Mental”
Tanpa adanya energi mental yang mencukupi, perburuan kreatif pendindik akan cacat karena kekeliruan logika dan pemikiran jangka pendek yang mustahil diterapkan. Jadi dapat dikatakan, semua kreativitas bertitik tolak dari energi fisik dan mental untuk memicu ransangan-ransangan listrik dalam otak sehinggal menghasilkan suatu kreativitas.
Bagaimana Kreativitas Mengalir?
Manusia diberikan anugerah oleh Tuhan yaitu “otak yang cerdas” yang dapat digunakan sesuai dengan cara kerja otak. Colin Rose, ddk (2007:96-97) menuliskan bahwa otak bekerja melalui beberapa tahapan berikut:
a)      Tahap persiapan: Otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk menghasilkan karya kreatif yang sedang terjadi.
b)      Tahap inkubasi: Tahap dimana otak beristrahat, masa dimana semua informasi dikumpulkan, lalu berhenti, dan tidak memusatkan diri atau merenungkannya. Oleh sebab itu pikiran bawah sadar akan melakukan proses:
1)      Menjajarkan: mengambil gagasan dan mengdunya dengan ide lain
2)      Memadukan: meminjam sifat dari kedua ide dan menyatukannya untuk membentuk ide baru.
3)      Menyortir/memilah: ide-ide yang ada dipakai untuk membentuk sintesis dan menyatukan seluruh elemen.
4)      Mengitari: dari gambaran ide baru, kemudian dipersempit pilihan untuk mendapatkan konsep pokok.
5)      Membayangkan: menggunakan imajinasi dan fantasi untuk menghasilkan ide baru dari ide lama.
c)      Tahap Pencerahan: yaitu inpirasi ketika sebuah ide baru muncul dalam pikiran seakan-akan dari ketiadaan untuk menjawab tantangan kretif yang seddang dihadapi.
d)     Tahap Pelaksanaan/pembuktian: merupakan titik tolak seseorang memberi bentuk pada ide atau gagasan baru untuk meyakinkan bahwa gagasan tersebut dapat dijalankan.
Kreativitas Mengajar Guru Menekan Kebosanan
Ciri-ciri guru yang profesional adalah sifat kreativitasnya, karena kreativitas merupakan hal yang sangat penting bagi seorang guru karena seorang guru akan menghadapi berbagai macam karakter, tingkah laku, perilaku, dan kebiasaan yang berbeda-beda dari setiap siswa. Meski mengajar banyak, namun kerena kreatif mereka tetap tampak ceria dan segar dalam mengajar dan mampu cepat beradaptasi. Kekayaan guru yang paling diperlukan untuk menghadapi keunikkan cara siswa dalam belajar yaitu menguasai berbagai metode belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Jadi seorang guru ideal haruslah selalu membiasakan diri untuk memahami hal-hal seperti itu, karena kreativitas tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi harus butuh usaha dan pengorbana sorang guru yang baik.



Tidak Berhenti Pada Sekedar Tahu
Guru profesional tidak hanya memberikan ilmu dengan sepenuh hati dan seluruhnya secara bulat-bulat diserahkan kepada siswanya. Agar pembelajaran dapat lebih menyenangkan berandai-andailah pendindik sebagai siswa yang sedang memperhatikan penjelasan guru, kemudian tanyakan dalam diri “Mengerti atau tidakkah materi yang dijelaskan si guru?”. Untuk merekatkan meteri pembelajaran kedalam otak maka pendindik harus memantikkan emosi siswa yang sedang belajar positif. Emosi dapat membawa masuk pengalaman eksternal (hal-hal yang sedang terjadi di luar) dan digabungkan dengan pengalaman internal (hal-hal yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya). Seorang guru harus mampu membimbing dan mengarahkan emosi siswa terhadap pelajaran, sehingga si siswa akan mampu menggunakan emosinya untuk kegiatan intelektual belajar, mendorong secara kuat untuk menyelesaikan setiap pekerjaan yang diberikan oleh guru dan mampu membuat penalaran analisis pelajaran yang membutuhkan kegiatan tersebut.
Apabila suatu mata pelajaran yang sudah dikuasai siswa ternyata tidak juga melekat dalam ingatan, atau tidak terkait dengan pengalaman internalnya ada kemungkinan bahwa mata pelajaran tersebut tidak memberikan makna apa-apa kepada siswa. Ketidakbermaknanya mata pelajaran kemungkinan:
a)    Proses pembelajaran dalam kondisi tidak menyenangkan (emosinya dalam kondisi negetif, risau, tertekan, bingung, kalut, terancam, takut,cemas, dan lain-lain) sehingga siswa tersebut tidak fokus.
b)   Lingkungan eksternal siswa yang sedang belajar tidak nyaman (udara panas, perut lapar, penjelasan guru hanya satu arah, monoton, kelelahan fisik, dll)
c)    Siswa memang tidak memiliki pengalaman yang benar-benar eksis yang terkait dengan mata pelajaran yang sedang dipelajarinya.
d)   Guru juga menyumbang ketidakbermaknaan suatu mata pelajaran melalui pembelajaran instan (cepat, Mis. Siswa hanya diajak membaca atau menulis saja tanpa dijelaskan atau beranggapan mata pelajaran ini kan tidak masuk UN jadi santai aja).
Guru Profesional: Membaca sebagai Kewajiban Profesi
Seorang guru juga harus mengetahui banyak informasi yang datang, dan semakin kompleksnya kehidupan. Guru yang mengetahui teknik membaca cepat akan lebih cepat mengetahui pengetahuan atau informasi yang up to date bukan yang basi dan tertinggal jauh, hal bertujuan untuk mengobarkan gagasan dan upaya kreatif pendindik khusunya. Arthur Schoprnhauer menulis, “ membaca setara dengan berfikir menggunakan pikiran orang lain, bukan pikiran sendiri”. Jadi dengan membaca mampu menyelami pikiran orang lain kedalam pikiran dan pengalaman si pembaca. Membaca juga memiliki dampak langsung yang positif bagi perkembangan sebagian besar jenis keerdasan:
a)      Membaca dapat menambah kosa kata, pengetahuan tata bahasa dan sintaksis bahkan membaca memperkenalkan banyak ragam ungkapan kreatif, belajar mengenai metafora, implikasi, persuasi, sifat nada, dll.
b)      Bahan bacaan biasanya memaksa supaya menggunakan nalar, pengurutan, keteraturan, dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan sebuah misteri.
c)       Banyak buku dan artikel yang mengajak kita untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai,perasaan, dan hbungan kita dangan orang lain.
d)     Membaca memacu imajinasi pembaca. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring berlalunya waktu akan membangun sebuah suatu ide yang baru.
Teknik Dasar Membaca Cepat: Mengenali Kata dan Gerakkan Mata
 Di blog Muhammad Noer.com mengatakan bahwa, membaca cepat adalah keterampilan yang bermanfaat untuk dimiliki semua orang. Seorang guru harus menguasai teknik ini dan mengajarkannya kepada siswa, dalam teknik membaca perlu menguasai kemampuan mengenali kata dan kemampuan mempercepat gerakkan mata.
1)      Menangkap dan mengenali kata
Prinsip yang digunakan dalam membaca cepat yakni mengenali kata demi kata dengan kecepatan tinggi sehingga terus berpindah kekata berikutnya sambil membangun pemahaman dan konteks bahan bacaan, hal ini menjadi dasar dalam membaca cepat. Salahsatu contoh yang diajarkan Mohammad Noer adalah membolak-balikkan kosakata, dan hebatnyawalaupun kosakatanya dibolak-balikkan tetap mampu mengenalinya.
Contoh: “Kmaemuapn mbecmaa cpeat trkeiat dngean kmaemuapn mngelnaei ktaa”
Aslinya: “Kemampuan membaca cepat terkait erat dengan kemampuan mengenali kata”
Teknik lainnya yang diajarkan oleh Muhammad Noer yaitu:
a)      Mengenali Perkata (Burung- Bubung- Buhung- Burung- Bohong)
b)      Menganli Kata Kelompok (Rumah Makan- Rumah Gadang- Rumah Makan- Rumah Sakit)
2)      Latihan Mempercepat Gerakkan Mata
Dalam proses membaca seseorang melakukannya dengan menangkap kata per kata atau bahkan suku kata per suku kata. Membaca cepat akan melatih menangkap dua, tiga, empat, bahkan lima kata sekaligus sehingga keseluruhan teks akan terbagi menjadi beberapa bagian. Beberapa caranya yaitu:
a)      Menggaris dua atau tiga kata sehingga terbentuk kelompok suku kata
b)      Menggaris setiap suku kata
c)      Menggaris per kelompok kata (Mis. Be-be-ra-pa)
Problem Membaca Cepat
Kebiasaan-kebiasaan buruk yang menghambat kegiatan membaca kerap dilakukan secara tidak sadar. Hal ini biasanya sudah dimiliki oleh para pembaca selama bertahun-tahun diantaranya:
a)      Vokalis atau bergumam ketika membaca
b)      Membaca dengan menggerakan bibir namun tidak bersuara (komat-kamit)
c)      Kepala yang bergerak searah dengan arah tulisan
d)     Jari-jari tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca
e)      Gerakkan mata yang selalu kembali kekata sebelumnya
f)       Membaca dalam hati

Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi penghambat biasanya dikarenakan kecepatan membaca, melakukan gerakkan, dan beruara tidak sama. Untuk mengatasi hal ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca.

No comments:

Post a Comment