A.
Menjadi
Guru Profesional
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendindikan Nasional pasal 3 disebutkan
bahwa: Pendindikan nasional berfungsi sebagai mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlat mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bangsa yang maju adalah bangsa yang maju
pendindikannya, karena pendindikan merupakan penentu sebuah bangsa yang
berkembang dan berkualitas. Oleh sebab itu, pendindikan yang maju tidak lepas
dari peran serta guru sebagai pemegang kunci keberhasilan. Guru menjadi
fasilitator yang melayani, membimbing, membina dengan piawai dan mengusung
siswa menuju gerbang keberhasilan. Profesionalisme keguruan bukan hanya
memproduksi siswa menjadi pintar dan terampil, tetapi juga mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki siswa menjadi aktual. Disinilah kepribadian
profesional guru dan kreativan guru sangat diidamkan.
Empat Cara Guru
Memperoleh Kreativitas Mengajar
Kreativiitas bukanlah barang baru,
melainkan yang sudah ada dan setiap guru mampu menciptakannya melalui inovasi,
berfikir dan bertindak diluar hal-hal yang sudah ada. Cara untuk melahirkan
kreativitas dapat dimulai dari:
1. Rasa
Ingin Tahu
Rasa ingin tahu timbul dari kekuatan
bertanya, baik bertanya pada dirinya sendiri maupun bertanya kepada orang lain.
Rasa ingin tahu mengendalikan dorongan mencipta, bereksperimen, dan membangun.
Karena pada dasarnya siswa pada masa remaja adalah masa-masa ingin serba tahu
“apa saja”. Jadi tugas guru adalah mengarahkan rasa keingintahuan siswa pada
hal-hal positif, ilmiah dan berkitan dengan pembelajaran. Seorang pengajar
tidak boleh cepat berpuas diri dan menganggap cara mengajar dan didikannya
sudah hampir sempurna.
2. Mengolah
Keterbukaan: “Bersikap fleksibel dan hormat menghadapi hal baru”
Orang-orang kreatif bersifat terbuka
terhadap gagasan, manusia, tempat dan hal-hal baru. Jadi dengan sifat terbuka
seorang pendindik dapat meneriman ide-ide (dari luar maupun dari siswanya
sendiri) dan memadukannya ke dalam otak sehingga dengan ide-ide tersebut bisa
dikolaborasikan dengan ide-ide sendiri sehingga menghasilkan ide yang luar
biasa dan tidak tergantung lagi dengan kepala sekolah, rekan guru, dll. Tetapi
ide-ide ini muncul karena keterbukaan pendindik.
3. Resiko:
“keberanian meninggalkan zona kenyamanan”
Resiko yang dimaksud adalah apakah
pembelajarannya menarik dan menyenangkan, mudah diserap oleh siswa, dan
bersikap adil? Apakah pendindik dapat menyelesaikan masalah di dalam maupun di
luar kelas?. Setiap permasalahan yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran
merupakan salahsatu cara untuk menumbuhkan kreativitas baru untuk memperbaiki
kondisi kedepan.
4. Energi:
“Fisik dan Mental”
Tanpa adanya energi mental yang
mencukupi, perburuan kreatif pendindik akan cacat karena kekeliruan logika dan
pemikiran jangka pendek yang mustahil diterapkan. Jadi dapat dikatakan, semua
kreativitas bertitik tolak dari energi fisik dan mental untuk memicu
ransangan-ransangan listrik dalam otak sehinggal menghasilkan suatu
kreativitas.
Bagaimana Kreativitas
Mengalir?
Manusia diberikan anugerah oleh Tuhan
yaitu “otak yang cerdas” yang dapat digunakan sesuai dengan cara kerja otak.
Colin Rose, ddk (2007:96-97) menuliskan bahwa otak bekerja melalui beberapa
tahapan berikut:
a) Tahap
persiapan: Otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar
atau riset untuk menghasilkan karya kreatif yang sedang terjadi.
b)
Tahap inkubasi: Tahap dimana otak
beristrahat, masa dimana semua informasi dikumpulkan, lalu berhenti, dan tidak
memusatkan diri atau merenungkannya. Oleh sebab itu pikiran bawah sadar akan
melakukan proses:
1) Menjajarkan:
mengambil gagasan dan mengdunya dengan ide lain
2) Memadukan:
meminjam sifat dari kedua ide dan menyatukannya untuk membentuk ide baru.
3) Menyortir/memilah:
ide-ide yang ada dipakai untuk membentuk sintesis dan menyatukan seluruh
elemen.
4) Mengitari:
dari gambaran ide baru, kemudian dipersempit pilihan untuk mendapatkan konsep
pokok.
5) Membayangkan:
menggunakan imajinasi dan fantasi untuk menghasilkan ide baru dari ide lama.
c)
Tahap Pencerahan: yaitu inpirasi ketika
sebuah ide baru muncul dalam pikiran seakan-akan dari ketiadaan untuk menjawab
tantangan kretif yang seddang dihadapi.
d) Tahap
Pelaksanaan/pembuktian: merupakan titik tolak seseorang memberi bentuk pada ide
atau gagasan baru untuk meyakinkan bahwa gagasan tersebut dapat dijalankan.
Kreativitas Mengajar
Guru Menekan Kebosanan
Ciri-ciri guru yang profesional adalah
sifat kreativitasnya, karena kreativitas merupakan hal yang sangat penting bagi
seorang guru karena seorang guru akan menghadapi berbagai macam karakter,
tingkah laku, perilaku, dan kebiasaan yang berbeda-beda dari setiap siswa.
Meski mengajar banyak, namun kerena kreatif mereka tetap tampak ceria dan segar
dalam mengajar dan mampu cepat beradaptasi. Kekayaan guru yang paling
diperlukan untuk menghadapi keunikkan cara siswa dalam belajar yaitu menguasai
berbagai metode belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran didalam kelas
maupun diluar kelas. Jadi seorang guru ideal haruslah selalu membiasakan diri
untuk memahami hal-hal seperti itu, karena kreativitas tidak tumbuh dengan
sendirinya tetapi harus butuh usaha dan pengorbana sorang guru yang baik.
Tidak Berhenti Pada
Sekedar Tahu
Guru profesional tidak hanya memberikan
ilmu dengan sepenuh hati dan seluruhnya secara bulat-bulat diserahkan kepada
siswanya. Agar pembelajaran dapat lebih menyenangkan berandai-andailah
pendindik sebagai siswa yang sedang memperhatikan penjelasan guru, kemudian
tanyakan dalam diri “Mengerti atau tidakkah materi yang dijelaskan si guru?”.
Untuk merekatkan meteri pembelajaran kedalam otak maka pendindik harus
memantikkan emosi siswa yang sedang belajar positif. Emosi dapat membawa masuk
pengalaman eksternal (hal-hal yang sedang terjadi di luar) dan digabungkan
dengan pengalaman internal (hal-hal yang sudah dimiliki oleh siswa sebelumnya).
Seorang guru harus mampu membimbing dan mengarahkan emosi siswa terhadap
pelajaran, sehingga si siswa akan mampu menggunakan emosinya untuk kegiatan
intelektual belajar, mendorong secara kuat untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
yang diberikan oleh guru dan mampu membuat penalaran analisis pelajaran yang
membutuhkan kegiatan tersebut.
Apabila suatu mata pelajaran yang sudah
dikuasai siswa ternyata tidak juga melekat dalam ingatan, atau tidak terkait
dengan pengalaman internalnya ada kemungkinan bahwa mata pelajaran tersebut tidak
memberikan makna apa-apa kepada siswa. Ketidakbermaknanya mata pelajaran
kemungkinan:
a) Proses
pembelajaran dalam kondisi tidak menyenangkan (emosinya dalam kondisi negetif,
risau, tertekan, bingung, kalut, terancam, takut,cemas, dan lain-lain) sehingga
siswa tersebut tidak fokus.
b) Lingkungan
eksternal siswa yang sedang belajar tidak nyaman (udara panas, perut lapar,
penjelasan guru hanya satu arah, monoton, kelelahan fisik, dll)
c) Siswa
memang tidak memiliki pengalaman yang benar-benar eksis yang terkait dengan
mata pelajaran yang sedang dipelajarinya.
d) Guru
juga menyumbang ketidakbermaknaan suatu mata pelajaran melalui pembelajaran
instan (cepat, Mis. Siswa hanya diajak membaca atau menulis saja tanpa
dijelaskan atau beranggapan mata pelajaran ini kan tidak masuk UN jadi santai
aja).
Guru Profesional:
Membaca sebagai Kewajiban Profesi
Seorang guru juga harus mengetahui
banyak informasi yang datang, dan semakin kompleksnya kehidupan. Guru yang
mengetahui teknik membaca cepat akan lebih cepat mengetahui pengetahuan atau
informasi yang up to date bukan yang basi dan tertinggal jauh, hal bertujuan
untuk mengobarkan gagasan dan upaya kreatif pendindik khusunya. Arthur
Schoprnhauer menulis, “ membaca setara dengan berfikir menggunakan pikiran
orang lain, bukan pikiran sendiri”. Jadi dengan membaca mampu menyelami pikiran
orang lain kedalam pikiran dan pengalaman si pembaca. Membaca juga memiliki
dampak langsung yang positif bagi perkembangan sebagian besar jenis keerdasan:
a) Membaca
dapat menambah kosa kata, pengetahuan tata bahasa dan sintaksis bahkan membaca
memperkenalkan banyak ragam ungkapan kreatif, belajar mengenai metafora,
implikasi, persuasi, sifat nada, dll.
b) Bahan
bacaan biasanya memaksa supaya menggunakan nalar, pengurutan, keteraturan, dan
pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan sebuah
misteri.
c) Banyak buku dan artikel yang mengajak kita
untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai,perasaan,
dan hbungan kita dangan orang lain.
d) Membaca
memacu imajinasi pembaca. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel
ini melekat dalam pikiran, dan seiring berlalunya waktu akan membangun sebuah
suatu ide yang baru.
Teknik Dasar Membaca
Cepat: Mengenali Kata dan Gerakkan Mata
Di
blog Muhammad Noer.com mengatakan bahwa, membaca cepat adalah keterampilan yang
bermanfaat untuk dimiliki semua orang. Seorang guru harus menguasai teknik ini
dan mengajarkannya kepada siswa, dalam teknik membaca perlu menguasai kemampuan
mengenali kata dan kemampuan mempercepat gerakkan mata.
1)
Menangkap
dan mengenali kata
Prinsip yang digunakan dalam membaca
cepat yakni mengenali kata demi kata dengan kecepatan tinggi sehingga terus berpindah
kekata berikutnya sambil membangun pemahaman dan konteks bahan bacaan, hal ini
menjadi dasar dalam membaca cepat. Salahsatu contoh yang diajarkan Mohammad
Noer adalah membolak-balikkan kosakata, dan hebatnyawalaupun kosakatanya
dibolak-balikkan tetap mampu mengenalinya.
Contoh:
“Kmaemuapn mbecmaa cpeat trkeiat dngean
kmaemuapn mngelnaei ktaa”
Aslinya:
“Kemampuan membaca cepat terkait erat
dengan kemampuan mengenali kata”
Teknik
lainnya yang diajarkan oleh Muhammad Noer yaitu:
a) Mengenali
Perkata (Burung- Bubung- Buhung- Burung- Bohong)
b)
Menganli Kata Kelompok (Rumah Makan-
Rumah Gadang- Rumah Makan- Rumah Sakit)
2)
Latihan
Mempercepat Gerakkan Mata
Dalam proses membaca seseorang
melakukannya dengan menangkap kata per kata atau bahkan suku kata per suku kata.
Membaca cepat akan melatih menangkap dua, tiga, empat, bahkan lima kata
sekaligus sehingga keseluruhan teks akan terbagi menjadi beberapa bagian.
Beberapa caranya yaitu:
a) Menggaris
dua atau tiga kata sehingga terbentuk kelompok suku kata
b) Menggaris
setiap suku kata
c) Menggaris
per kelompok kata (Mis. Be-be-ra-pa)
Problem Membaca Cepat
Kebiasaan-kebiasaan buruk yang
menghambat kegiatan membaca kerap dilakukan secara tidak sadar. Hal ini
biasanya sudah dimiliki oleh para pembaca selama bertahun-tahun diantaranya:
a) Vokalis
atau bergumam ketika membaca
b)
Membaca dengan menggerakan bibir namun
tidak bersuara (komat-kamit)
c)
Kepala yang bergerak searah dengan arah
tulisan
d)
Jari-jari tangan yang selalu menunjuk
tulisan yang dibaca
e)
Gerakkan mata yang selalu kembali kekata
sebelumnya
f) Membaca
dalam hati
Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi
penghambat biasanya dikarenakan kecepatan membaca, melakukan gerakkan, dan
beruara tidak sama. Untuk mengatasi hal ini, usahakan untuk mencegah bibir,
jari-jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca.
No comments:
Post a Comment