Klik 👇👇👇

Thursday, 21 April 2016

RESUM Buku ETIKA PERJANJIAN BARU (Pdt. Dr. Karel Sosipater)


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQkTc7n0EvLVMlS-LOp9iXES0b5crwLwldcDOwI9QcxrP1Rg-Sjhttps://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQkTc7n0EvLVMlS-LOp9iXES0b5crwLwldcDOwI9QcxrP1Rg-Sj
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRPSClEA2aLH3pwWwolYREVzSghhpbFmtu323DZLeucDxEYwP-ymw
ETIKA PERJANJIAN BARU

( Pdt. Dr. Karel Sosipater )

A.      Akar Etika Perjanjian Baru

Etika Perjanjian Baru berakar dari “Etika Taman Eden” dan “Etika Perjanjian Lama”. Yesus mengakui Otoritas Etika Taman Eden” (Kej. 1-3), khususnya samalah kejatuhan dosa manusia pertama yang mengakibatkan hubngan Allah dengan manusia terputus dan adanya nubuat perdana tentang keselamatan (Kej. 3:15). Teologi dan Etika PB memiliki hubungan yang erat dengan konteks PL karena itu merupakan dasarnya. Dalam PL yang merupakan inti dari Etika PL ialah Kesepuluh Perintah Tuhan yang disimpulkan oleh yesus dalam dua pandanga etis yaitu: “Kasih Terhadap Allah dan Kasih Terhadap Sesame Manusia” (Mat. 22:37-39) dan hal ini menjadi hukum yang terutama dalam Perjanjian Baru.

Dalam Perjanjian Baru khusunya tokoh-tokoh penulis Injil dan beberapa tokoh lainnya memiliki etika yang berbeda-beda:

1.    Matius

Matius serius menerima ajakkan Yesus dan mengikuti-Nya, ia bertobat dari kehidupannya yang lama yang penuh dosa sehingga menjadi orang percaya yang setia kepada Yesus (Mat. 9:9) dan ia mau melepaskan sikap “cinta uang” dan bersedia hidup jujur dan mengikuti Yesus serta tidak lupa mengucap syukur dalam hidupnya yaitu dengan mengadakan perjamuan makan menyambut Yesus dan murid-murid-Nya (Luk. 5:29). Matius tabiatnya rendah hati dan menyadari aibnya, ia membiarkan ketika disebut “Pemungut Cukai” yang ditulisnya sendiri dalam Injil Matius.
2.    Markus
Markus menyambut berita anugerah dari palayanan Petrus dan ia bertobat kemudian aktif dalam pelayanan pemberitaan Injil bersama Petrus ( 1 Pet. 5:13). Markus seorang yang pandai bergaul dan ia banyak dikenal oleh banyak jemaat, sehingga ia menulis dengan memberikan perhatian pada sikap banyak umat Kristen ketika mendengarkan ajaran Yesus seperti “tabjuk” (Mark. 1:27), “tercengang” (Mark. 7:37), “takut” (Mark. 4:41), “bertanya-tanya” (Mark. 6:14, dan lainnya. Markus mempunyai iman dan pribadi yang baik sehingga Paulus menulis bahwa Markus adalah penghibur baginya dalam pergumulan yang dialaminya (Kol. 4:10-11).
3.    Lukas
Lukas merupakan non-Yahudi yang beriman kepada Yesus, hidupnya taat, setia, rendah hati/tidak sombong, dan bersikap disiplin. Ia seorang dokter (Kol. 4:14) dan dengan itu ia mengasih orang-orang yang membutuhkan pertolongan bahkan Paulus sendiri menulis ketika ia dalam penjara “hanya Lukas yang tinggal dengan aku” (II Tim. 4:11) dan ia juga menyebutkan Lukas sebagai “tabib Lukas yang kekasih” (Kol. 4:14). Dalam tulisan Lukas paling banyak menyoroti tentang pertolongan Yesus terhadap orang sakit disbanding ketig Injil lainnya.
4.    Yohanes
Yohanes sikapnya penush semangat dan segera bertindak dan ia juga memiliki kecerdasan yang baik, hal ini terlihat dimana Yohaneslah yang pertama-tama mengerti makna dari kain kafan yang terlipat rapi tanpa mayat di dalamnya (Yoh. 20:1-9). Yohanes memiliki karakter yang positif sehingga ia bisa berkawan akrab dengan Petrus dan murid lainnya.
5.    Maria
Maria merupakan gadis yang sederhana dan menjaga kesucian dan patut pada adat istiadat bangsanya. Ia rendah hati dan imannya tunduk dan berserah penuh apapun yang terjadi dia yakin bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam dan ia menyadari bahwa apa yang ia alami merupakan panggilan dan tugasnya. Ketika mengandung ia menerima keadaan sehingga tidak bersedih dengan yang ia alami. Bahkan ketika mau kelahiran Yesus ia tidak bersedih meskipun mengungsi ke Mesir (Luk. 2:11; Mat. 2:13,14)
6.    Yusuf
Yusuf seorang Yahudi yang beriman dan saleh serta memelihara adat istiadat kehidupan bangsanya. Ia seorang yang tulus dan baik hatinya, bahkan ketika mengetahui tunangannya. Ia tidak marah dan tidak langsung menuduh Maria telah mengingkari janji setianya, meskipun bagi seorang laki-laki ini adalah hal yang sulit tetapi ia tetap tidak menceraikan atau meninggalkan Maria.
7.    Para imam
Para imam pada awalnya bermoral baik, namun selanjutnya mengalami “perubahan”. Mereka sering kali menerima suapan untuk memutar balikkan keadilan. Mereka mengabaikan tugas pokok mereka dalam hal kegiatan ibadah keagamaan, tetapi malah beralih pada ambisi duniawi untuk meraih kekusaan politik. Mereka memiliki sikap yang sewenang-wenang dan arogan pada masa kehidupan Yesus, dimana mereka yang merekayasa penangkapan dan pengadilan Yesus agar dihukum mati.
8.    Ahli taurat
Para ahli Taurat pada prinsip hidupnya adalah untuk “mengabdi” pada keagamaan, demi pemeliharaan dan kemajuan kerohanian umat Yahudi. Mereka sangat menghormati Perjanjian Lama dan mereka memiliki tabiat yang mudah tersinggung, sehingga mereka sangat membenci Yesus. Dengan itu mereka bersekongkol dengan orang Farisi dan Imam kepala untu mengadu domba Yesus. Dan, mereka menempatkan tradisi lebih tinggi dibanding kitab suci PL.
9.    Orang farisi
Kaum Farisi awalnya adalah kumpulan orang Yahudi yang merasa dirinya orang saleh dan memisahkan diri karena tidak sepaham (lebih menonjol ke “aku”annya). Mereka cenderung memiliki tabiat sombong karena merasa dirinya paling baik dan memiliki karakter yang gila sanjungan/ gila hormat dikalangan orang Yahudi (Luk. 11:43). Mereka cenderung menafsirkan Alkitab dengan keperluan pribadi dan membuang kebenaran dengan memakai alasan tradisi nenek moyang (Mat. 3:7).
10.     Kaum saduki
Kaum Saduki lebih mengutamakan jabatan dan kekayaan dalam hidupnya dan sikapnya bersifat liberal. Mereka memiliki tabiat yang angkuh dan menyukai perdebatan dengan guru-guru yang bukan Yahudi dan menghalalkan segala cara dalam perdagangan atau bisnis gelap yang penting memiliki keuntungan besar. Kaum saduki sebagai para imam tidak segan melakukan kejahatan, dan dengan segala macam cara berusaha menganiaya para rasul dan jemaat mula-mula.
11.     Orang herodia
Herodiam memiliki karakter yang lebih mengutamakan kelompoknya sendiri daripada bangsa Yahudi. Tabiat mereka licik dan penuh tipu muslihat dan mereka aktif bergabung dengan orang Saduki dan Farisi untuk mencari-cari cara alasan membunuh Yesus.
12.     Orang samaria
Orang Samaria menentang orang Yahudi yang pulang dari babel dan melarang mereka mendirikan bait Allah di Yerusalem sehingga timbul permusuhan yang keras dan sehingga mereka tidak saling bergaul lagi. Mereka hanya mengakui lima kitab Musa saja sebagai Firman Allah, menolak kitab Nabi-nabi dan kitab Sejarah.
B.       Murid-Murid Yesus
Ke-12 murid Yesus dapat disebut “murid khusus”:
1.      Andreas
Andreas tabiatnya baik hati dan suka menolong serta memiliki watak yang sederhana dan bertubuh kuat. Andreas aktif memberitakan Injil yang konsisten dengan apa yang diutus oleh Yesus.
2.      Simon Petrus
Petrus tabiatnya kurang sabar dan suka omong besar dan mudah berjanji yaitu ketika Yesus berbicara tentang adanya murid yang menyangkal diri-Nya dihadapan semua murid-Nya dan Petrus dengan suara lantang menyatakan kesetiaannya kepada Yesus (Mat.26:69-75)
3.      Yakobus Anak Zebedeus
Ia seorang yang sangat bersemangat dalam pelayan sehingga Yesus menamai dia “anak-anak guruh” atau Boanerges (Mark. 3:17). Ia juga memiliki sikap egois, hal ini terlihat saat meminta pada Yesus untuk duduk disamping-Nya dalam kemuliaan-Nya (Mark. 10:37).
4.      Filipus
Filipus orang yang sederhana dan bukan orang pandai, namun ia mengambil sikap bertindak daripada mengerti saja. Ia pandai meyakinkan orang lain untuk percaya kepada Yesus oleh karena sikap yang tidak kritis terhadap apa yang dilihatnya.
5.      Bartolomeus atau Natanael
Ia seorang yang rasionalis dan seorang yang jujur dan berpandangan terbuka tanpa kepalsuan dihatinya. Ia memiliki pribadi yang tulus dan beribadah yang benar sebagai orang Israel, sehingga bisa menyebut Yesus dengan tegas sebagai Rabi, Anak Allah, dan Raja orang Israel (Yoh. 1:49)
6.      Tomas
Tomas sebelumnya memiliki watak seorang “peragu” dan lemah dan sifat rasionalis sebab baginya kebangkitan orang mati adalah perkara yang luar biasa. Tomas orang yang bersikap sitia dan siap matibuat Yesus.
7.      Yakobus Anak Alfaes
Yakobus muda wataknya konsekwen, karena itu ia memelihara perintah yang Yesus berikan padanya sebagai murid utusan-Nya karena mememberitakan Injil sampai ke negeri lain (Luk. 9:16).
8.      Tedeus atau Yudas Anak Yakobus
Tedeus seorang yang konsenkwen dalam menjalankan tugas yang telah diberikan kepadanya, ia memiliki kesungguhan hati yang baik sehingga terus bertumbuh imannya kepada Yesus.
9.      Simon Orang Zelot
Memilliki kepribadian yang serius dan selalu patuh atas utusan pemberitaan Injil kebebagai negeri lain, dan memberi kuasa mengusir setan (Mark. 3:13-15).
10.  Yudas Iskariot
Sikap dan wataknya licik, ia menyembunyikan niat sebenarnya dengan mengatakan untuk membantu orang miskin (Mark. 14:5-6).
C.      Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis seorang yang memiliki kepribadian yang mengasihi, ia hidup saleh, pendoa dan selalu menekankan soal moral agar orang Farisi dan Saduki tertegur dengan perkataannya. Ia sangat bersemangat dalam pemberitaan Injil kepada banyak orang sepaya menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan dan ia seorang yang berani membela kebenaran sehingga mengancam nyawanya sendiri.

D.      Dasar Etika Yesus
Dasar ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru banyak membicarakan masalah etika, baik etika pribadi maupun etika sosial. Yaitu:
1.      Mengasihi Tuhan Allahmu
Dasar yang paling utama dari etika Yesus adalah “kasihilah Tuhan Allahmu” yang menyangkut segenap hati, jiwa dan akal budinya (Mat. 22:37-38). Nah, disini dijelaskan bahwa sebelum mengasihi tentulah kita haruslah percaya terlebih dahulu dan menerima-Nya sebagai juruslamat satu-satunya secara pribadi. Pengertian mengasihi Tuhan artinya: 1. Menyerahkan kehendak kita kepada pimpinan Tuhan dan mematuhi-Nya. 2. Kesetiaann dan keterikatan pribadinya terhadap Tuhan Yesus dalam kehidupan ditengah-tengah dunia yang berdosa. 3. Mentaati pengajaran yang menyangkut nilai-nilai moral Kristiani secara utuh.
2.      Mengasihi Sesama  Manusia
Tuhan Yesus juga memberika perintah agar mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Mat. 22:39). Pengertian mengasihi sesama artinya bersikap baik, murah hati mau menolong, memperhatikan keadaan, bersedia memaafkan, sabar, tidak iri, sopan, ramah dan lain-lain. Apa yang baik dan bermanfaat untuk dirinya sendiri, berarti itulah yang mesti ia lakukan terhadap sesamanya.
E.       Etika Paulus dalam surat-suratnya
1.      Sebelum Paulus Bertobat
Ia seorang yang fanatik terhadap agama Yahudi dan tekun mempelajarinya, bahkan ia tidak bercacat dalam mentaati Hukum Taurat (Fil. 3:6), sehingga ia lebih maju daripada teman-temannya yang lain. Ia sangat menentang keras ketika muncul Yesus dan ajaran-Nya, ia melakukan pengejaran dan penganiayaan serta berusaha untuk membunuhnya seperti halnya dengan Stevanus yang dilempar batu dampai mati.
2.      Etika Paulus Setelah Bertobat
Paulus melatih diri untuk disiplin kerohaniannya (1 Kor. 9;24-27), ia selalu melayani dengan sepenuh hati dan tidak menganggap dirinya hebat seperti dahulu kala. Paulus seorang pejuang dalam memberitakan Injil yang memiliki keberanian dan ketabahan menghadapi tantangan dan ancaman, penganiayaan, siksaan, dipenjara dan lain sebagainya.

F.       Etika Surat-surat Umum
1.      Surat Ibrani
Dalam surat Ibrani ini lebih ditegaskan bahwa hasul lebih dalam lagi dan lebih patuh lagi dalam melakukan dan mengnal jalan keselamatannya sebagai orang yang percaya, supaya jangan hanyut dalam ajaran yang tidak benar.
2.      Surat Yakobus
Dalam surat Yakobus ini lebih menekankan tentang perbuatan dan iman, sehingga dapat dikatakan sebagai pelaku Firman bukan hanya sebagai pendengar saja. Dalam hal ini juga Surat Yakobus memberiakn perhatian kepada orang banyak dan masala-masalah yang kerap dihadapi.
3.      Surat I dan II Petrus
Surat I Petrus memberikan kepada kita bahwa haruslah bergembira dalam pencobaan dan selalu hidup rukun antar sesama manusia dalam kasih Allah dan mengajarkan tentang kerendahan hati sepada semua orang. Surat II Petrus lebih mengarah bagaimana membangun iman diatas moral dan kasih Allah dan bagaimana kita meneguhkan panggilan kita dan melawan ajaran-ajaran sesat (guru-guru palsu).
4.      Surat I, II, dan III Yohanes
Dalam I Yohanes memberikan kepada kita pilihan hidup agar setiap yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita percaya dan bagaimana kita memperlakukan orang disekitar kita. II Yohanes, mengajarkan supaya kita waspada adanya guru penyesat agar tidak terjerumus didalamnya dan hidup saling mengasihi. III Yohanes mengajarkan agar kita saling menolong, dan tidak beperilaku kasar.
5.      Surat Yudas
Mengajarkan kepada kita bagaimana kita membangun iman kita diatas dasar yang benar dan nasihat untuk bertekun dan menunjukkan kasihnya kepada orang lain, orang percaya maupun bukan orang percaya.
G.      Etika Kitab Wahyu
Yang paling mencolok adalah tentang panggilan untuk bertobat dan bagaimana kita berjuang untuk meraih kemenanga didalam Yesus Kristus sebagai Juruslamat umat manusia dan peringatan akan bahaya menjelang akhir zaman.

Kelebihan Buku Etika Perjanjian Baru Pdt. Dr. Karel Sosipater:
Setelah saya membaca dan merenungkan buku ini saya sangat diberkati tentang berbagai karakter atau Etika yang ada dalam Perjanjian Baru terkhusus dengan uraian Etika para tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Dengan demikian saya lebih memiliki wawasan dalam melakukan setiap pelayan atau pekerjaan yang akan saya jalankan. Buku ini memberikan uraian yang baik sehingga saya sebagai pembaca dapat mengikuti alur atau jalan pikiran yang dipaparkan oleh Pdt. Dr. Karel Sosipater dalam Etika Perjanjian Baru. Uraian ini juga mudah diterapkan dalam jemaat kerrena dari bahasa dan cara penyajian sangat baik, sehingga para anggota jemaat memiliki karakter yang baik dan sesuai dengan Firman Tuhan.

Kekurangan Buku “Etika Perjanjian Baru Pdt. Dr. Karel Sosipater:
Ada kelebihan dan pasti juga ada kekurangannya, saya melihat kekurangan dalam buku ini dalam hal: Pertama, tidak adanya uraian cara yang lebih baik agar setiap pembaca dapat mengaplikasikan setiap isi yang ada dalam buku ini. Kedua, kurangnya dorongan kepada setiap pembaca untuk belajar dari uraian etika dalam PB ini sehingga banya orang hanya bertujuan untuk sekedar membaca dan tidak ada tindakan karena kurangnya himbauan.










No comments:

Post a Comment